Hai, I'm Kristi Aprilita
-Menulis dan Berbagi-
RSS

Monday 5 November 2012

MATERI NAVIGASI DARAT

Navigasi Darat
 Navigasi adalah teknik untuk menentukan posisi atau kedudukan beserta arah perjalanan.  Adapun peralatan navigasi yaitu peta, kompas, protaktor dan numerator, penggaris dan bolpoin warna.

  • Peta


  • Kompas Bidik

  • Protaktor dan numerator
  • Penggaris
  • Bolpoin 4 warna



PETA

 adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Menurut kategori skalanya peta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu peta dengan skala kecil (1:1.000.000), menengah (1:250.000 atau 1:100.000) dan besar (1:50.000 atau 1:25.000). nah, peta yang digunakan untuk navigasi pada umumnya adalah peta topografi.Yaitu peta yang menggambarkan fitur medan dengan cara yang terukur (garis kontur), serta posisi horisontal untuk fitur yang diwakili. Posisi vertikal, atau bantuan, biasanya diwakili oleh garis kontur pada peta topografi militer. Pada peta yang menunjukkan relief, ketinggian dan kontur diukur dari bidang daerah ukur vertikal tertentu, biasanya permukaan laut. 
Yang dimaksud dengan garis kontur sendiri adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama di atas permukaan laut.
Adapun sifat dari garis kontur adalah:

  • Tidak pernah terputus
  • Tidak pernah berpotongan
  • Garis kontur yang lebih rendah selalu mengelilingi yang ketinggiannya lebih tinggi, kecuali danau atau kawah.
  • Beda ketinggian dari garis kontur adalah tetap, walau kerapatan garis kontur tsb selalu berubah-ubah.
  • Semakin rapat garis kontur semakin terjal
  • Semakin renggang garis kontur semakin landai


Sebelum belajar navigasi lebih lanjut, alangkah pentingnya kita mengenal komponen-komponen peta dahulu. Agar tidak menjadi buta saat membaca peta. Berikut komponen penting peta:

  • Judul peta: menyatakan lokasi peta itu sendiri. Letak di bagian atas peta atau samping.
  • Legenda peta: penjelasan dari simbul simbul yang tercantum dalam peta
  • Skala: bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medan sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka.
  • Garis koordinat: jaring-jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertikal dan garis horisontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat. Koordinat peta dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat geografis. Koordinat geografis merupakan koordinat dari jarring-jaring bumi yang terdiri garis lintang untuk horizontal dan garis bujur untuk vertical. Sedangkan koordinat grid adalah jaring jaring koordinat lokal yang dipakai untuk acuan pengkoordinatan dalam peta, biasanya disebutkan dengan angka saja.
  • Nomor peta: sbg nomor registrasi dari badan pembuat peta. Letak sudut kanan atas.


Warna yang digunakan pada peta:

a. Hitam. Warna hitam mengindikasikan adanya fitur kultural seperti bangunan dan jalan, titik pemeriksaan elevasi dan beberapa hal. 
b. Merah-Coklat. Warna merah dan coklat yang dikombinasikan ini mengidentifikasikan fitur kultural, fitur relief, titik elevasi yang belum di survey dan elevasi seperti garis kontur pada peta yang dapat dibaca pada cahaya merah(biasanya lambung pesawat). 
c. Biru. Mengidentifikasikan fitur hidrographi seperti danau, rawa, sungai dan drainase. 
d. Hijau. Mengidentifikasikan fitur vegetasi, seperti hutan, perkebunan, dan lain-lain. 
e. Coklat. Mengidentifikasikan fitur relief dan elevasi, seperti kontur dan lain-lain. 
f. Merah. Pada peta lama warna ini mengidentifikasikan fitur kultural, seperti daerah populasi, jalan utama dan batas wilayah. 
g. Warna lain. Ada kalanya warna lain digunakan untuk menampilkan informasi spesial. 

KOMPAS
alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Adapun macam-macam kompas yaitu kompas bidik (terbagi manjadi kompas bidik lensa/kaca dan kompas bidik prisma), kompas datar dan kompas silva.
Setelah memahami peralatan navigasi barulah kita bisa mulai mempraktekkannya. Berikut adalah dasar-dasar teknik navigasi:

  • Orientasi peta: menyamakan kedudukan peta dengan arah sebenarnya. Langkah-langkahnya:

a)Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok;
b) Letakkan peta pada bidang datar;
c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara  magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
d) Cari tanda-tanda medan yang
paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan
yang khas dari setiap tanda medan

  • Azimuth dan back azimuth. Azimuth adalah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Sedangkan back azimuth: besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth ditambah 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat 
  • Resection dan intersection. Resection adalah untuk menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang di kenali. Untuk dapat melakukan tekhnik resection kita harus berada di tempat terbuka agar dapat membidik tanda medan. Dalam artian tidak ada penghalang antara tanda medan dengan diri kita.Intersection adalah tehnik menentukan suatu point pada peta menggunakan dua atau lebih titik bidik yang diketahui. 


Semoga bermanfaat  






Sunday 4 November 2012

SEDIKIT TENTANG NAVIGASI DARAT



PETA
Peta merupakan penggambaran dua dimensi pada bidang datar dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu. Peta yang diperlukan untuk keperluan navigasi darat adalah peta topografi atau peta kontur. Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian.

Bagian-Bagian Peta

1. Judul Peta
Merupakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta bersangkutan. Judul peta tertera di bagian atas tengah peta.

2. Nomor Peta
Nomor peta merupakan nomor registrasi dari badan pembuat peta. Selain itu juga sebagai petunjuk apabila kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang dipetakan tersebut. Nomor peta terdapat di sebelah kanan atas peta.

3. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan sistem sumbu yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus (garis bujur dan lintang). Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 4 angka atau 6 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 4 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit dengan penomoran 6 angka.

4. Kontur
Merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik ketinggian sama dari permukaan laut. Sifat-sifat garis kontur antara lain :
a. Merupakan penunjuk ketinggian tertentu (pada peta biasanya tercantum nilai ketinggiannya)
b. Garis kontur dengan ketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur lebih tinggi, kecuali untuk medan khusus seperti kawah
c. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan
d. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatannya berubah-ubah
e. Daerah datar memiliki kontur yang renggang, sedangkan daerah terjal memiliki kontur yang rapat
f. Punggungan gunung/bukit terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk huruf “U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
g. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk “V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke puncak

6. Skala Peta
Merupakan perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan.
Contoh :
1 : 25.000 berarti 1 cm jarak pada peta mewakili 25.000 cm jarak sebenarnya
1 : 50.000 berarti 1 cm jarak pada peta mewakili 50.000 cm jarak sebenarnya

7. Tahun Peta
Menunjukkan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun peta, maka data pada peta tersebut semakin akurat

8. Legenda Peta
Memuat keterangan-keterangan pada peta. Misalnya jalan, sungai, pemukiman, dll


KOMPAS
Merupakan penunjuk arah mata angin dengan ketentuan sudut derajat dari arah utara magnetis bumi. Kompas yang biasa digunakan untuk keperluan navigasi darat adalah kompas bidik dan kompas orienteering.



MENGENAL TANDA MEDAN
Kemampuan mengenal tanda medan sangatlah mutlak untuk dikuasai jika kita hendak melakukan navigasi darat. Tanda-tanda medan dapat dijadikan acuan untuk penentuan lokasi dan pengenalan medan supaya arah perjalanan tidak melenceng hingga terjadi hal-hal buruk seperti tersesat. Tanda-tanda medan dapat dikenali dari bentang alam yang ada di sekitar, misalnya punggungan, puncak bukit, jalan setapak, jalan raya, sungai, tebing, muara, delta, anak sungai, pemukiman, daerah tertentu, dll.

TEKNIK PETA KOMPAS
Sebelum melakukan teknik peta kompas perlu dipersiapkan peralatan sebagai pendukung kegiatan, antara lain, peta topografi, kompas bidik, alat tulis (penggaris, busur derajat, pensil, penghapus, dll)
Orientasi Peta / Orientasi Medan
Secara istilah dapat dikatakan menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya. Secara praktis menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya.

Langkah-langkah praktis untuk orientasi medan :

* Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan

* Letakkan peta pada bidang datar

* Samakan utara peta dengan utara sebenarnya. Dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi

* Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di sekeliling dan temukan tanda-tanda medan tersebut di dalam peta, ingat-ingat dan tandai. Lakukan untuk beberapa tanda medan

* Ingat tanda-tanda medan tersebut, bentuknya, tempatnya, karakternya.

* Ingat-ingatlah hal-hal yang khas dari setiap tanda medan.

Resection
Penentuan posisi kita pada peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan. Langkah-langkah resection :

* Lakukan orientasi medan

* Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan temukan di peta. Minimal dua tanda medan

* Ingat-ingat dan tandai tanda medan tersebut pada peta

* Bidik tanda-tanda medan tersebut (ingatlah pada waktu membidik tanda medan terebut posisi kita tidak boleh berubah/bergerak)

*Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya dari tanda medan tersebut

* Perpotongan garis yang ditarik dari sudut pelurus tersebut adalah posisi kita

Intersection
Menentukan posisi benda lain di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat di lapangan, tetapi sulit untuk dicapai. Untuk melakukan intersection kita harus yakin dengan posisi kita di peta dengan melakukan resection lebih dulu. Langkah-langkah intersection :
a. Lakukan orientasi medan dan lakukan resection
b. Bidik obyek yang kita amati
c. Pindahkan sudut bidikan yang di dapat ke peta
d. Bergerak ke posisi lain dan lakukan resection
e. Lakukan langkah b dan c
f. Perpotongan garis memanjang dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud

Azimuth-Back Azimuth (Potong Kompas)
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth juga disebut sebagai sudut kompas. Bila kita bergerak dari satu titik ke titik lain dengan sudut kompas tetap atau disebut potong kompas, maka harus diusahakan agar lintasannya berupa satu garis lurus. Untuk itu digunakan teknik back azimuth. Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkahnya :

a.  Titik awal dan titik akhir perjalanan diplotkan di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan. Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal.

b.  Perhatikan tanda medan yang mencolok. Misalnya pohon besar, pohon tumbang, longsoran tebing, dll

c. Bidikkan kompas sesuai dengan dengan arah perjalanan kita. Perhatikan tanda medan lain yang ada di sekitar ujung lintasan yang akan dilalui

d. Setelah sampai di pada tanda medan tersebut, bidikkan kompas kembali ke belakang untuk mengecek apakah kita sudah berada pada lintasan yang benar

Terkadang sulit menemukan tanda medan yang dapat dijadikan sasaran. Jika hal ini terjadi, maka salah satu dari anggota tim kita dapat berperan sebagai tanda medan tersebut

Thursday 25 October 2012

SURVEY BURUNG DI PANTAI KLATHAK DAN GEMAH TULUNGAGUNG

SURVEY BURUNG DI PANTAI KLATHAK DAN GEMAH TULUNGAGUNG



Pagi-pagi bener saya sudah berangkat menuju sekret Pa. Arismaduta kesayangan (MmuuMumu). Pada saat itu jam masih menunjukkan pukul enam. Jalanan pun masih sepi, udaranya sejuuuk ditambah lagi dinginnya Brrrrr.  Maklum gak mau telat, soalnya disuruh datang pukul 6.
Sebelum ke secret, saya lebih dahulu menjemput Yulia. Rumahnya lumayan jauh sih tapi gak apa-apa lah. Nah, setelah sampai di rumahnya Yulia, Loh????? rumahnya kok tutup. Padahal kan udah saya suruh nunggu di depan. Hmmmm, detik demi detik, menit demi menit kutunggu si Yulia tapi tak kunjung keluar. Yaaa, saya putuskan ditinggal saja, dan saya pun bergegas ke sekret.
Sesampai di sekret  sudah ada Widi , Mbak Deny dan Mas Zulfik. Hmmmm mana nih Mas Mun????
Katanya suruh datang jam 6!!!. Saya aja ngrasa udah telat banget, EEEh ternyata masih ada yang lebih……..(Parah). Tik tok tik tok tik tok……………….(2 jam lebih menunggu) eeh akhirnya datang juga Mas Mun-nya.
Sebelum berangkat survey burung ke Lapangan, Lebih dahulu diadakan Test tulis (dag dig dug Duuuuoooor). Okelah ga apa-apa, nilainya ga jelek2 amat wkwkwkwkwk. masih ada yg lebih jelek) ternyata.
Ok, setelah ini Perjalanan pun dimulai. (semangat banget kalo mau jalan2)
Perjalanan ini di ikuti oleh 6 orang (Saya,Widi, Yulia, Mbak Deny, Mas Zul, dan Mas Mun). Nah Mas Mun inilah yang jadi Sang Tutor. Saya gandengan sama Mas Mun, Yulia gandengan sama Mas Zul dan Widi gandengan sama Mbak Deny.
Perjalanan dari SMABOY ke Klathak jauh banget. kira –kira 2 jam baru sampai ditambah lagi rute jalannya ituloooh (byyyuuuh jalane gragal).
Nah, disepanjang perjalanan saya hanya dapat menemukan sedikit sekali burung (hhhh kirain banyak banget burungnya, eh ternyata....) Saya melihat burung Kutilang, Cica daun sayap biru, Trinil pantai, dan sikep madu asia ( ihhh seneng banget lihat burung satu ini). Ada juga burung-burung kecil seperti burung gereja erasia dan juga bondol jawa.
Kami tiba di Klathak sekitar pukul 11, dan disana kami menikmati pemandangan sampai-sampai pukul 2( huuh gilaaaaa waktu begitu cepat). Kruyuk Kruyuk...perut udah berbunyi aja, nah kami potuskan untuk membeli minuman di warung deket pantai. Minumnya Es Campur + makanannya rujak uleg (enak banget dah). Tapi ada yg lucu, wkkwkwkwk Loh, Mas Mun kok diam aja waktu makan rujaknya (sampai gobyos2 gitu). Ternyata kepedesan dia, hahahaha. Yang tambah lucu lagi, dia pesen ES AIR PUTIH (apaan itu??,gratis lagi)
Tapi puaas banget kalo sudah liat pemandangan pantainya. Gak bisa diucapin dengan kata-kata deh. Capek serasa hilang melihat hamparan batu-batu pantai yang cantik, air lautnya yg biru, dan perahu-perahu nelayan yang terapung.
Setelah selesai makan, sekitar pukul stengah 3 kami memutuskan untuk pulang. Saat perjalanan pulang kami mampir dulu ke Terowongan Tulungagung selatan aliasa Niyama (baru pertama kali kesana, seneng banget).
Setelah dari niyama kami melanjutkan perjalanan pulang. Diperjalanan pulang kami melihat ada kerumunan orang yg tertuju melihat keatas. Loh, ada orang yag mau Bunuh diri (wkwkwk nasi pecel aja masih enak kok bunuh diri). Kami berhenti sejenak, gak ada 1 menit kami melanjutkan perjalanan pulang.
tik tok tik tok, sekitar pukul 4 lebih kami sampai di sekret.

INI DIA BEBERAPA FOTO HASIL CEPRETAN:















MIE SEHAT


MIE BAYAM
BAHAN:
- Tepung terigu BOGASARI KERETA KENCANA ATAU CAKRA KEMBAR 200 gram
- Bayam 50 gram *
- Air 75 ml
- Tepung kanji 25 gram
- Garam 1 sendok teh
- Telur ayam 2 butir, kocok lepas
- Minyak goreng 3 sendok makan
- Tepung maizena 1 sendok makan

CARA MEMBUAT:
1. Blender bayam dan air lalu tambahkan telur dan garam.
2. Tuang adonan bayam ke dalam tepung terigu dan tepung kanji sambil diuleni. Masukkan minyak goreng sambil terus diuleni hingga tercampur rata.
3. Giling mi dengan ukuran 1 hingga halus, pindah ke ukuran 2 hingga halus dan seterusnya hingga ukuran 4.
4. Masukkan ke dalam pemotong, pilih yang ukuran kecil. Taburi dengan tepung maizena.
5. Rebus mi hingga terapung, angkat lalu perciki dengan minyak goreng, aduk lalu dinginkan.
6. Mi siap diolah
Standar Untuk 300 Gram
 MIE HITAM
BAHAN:
- Tepung terigu BOGASARI KERETA KENCANA ATAU CAKRA KEMBAR 500 gram
- Telur ayam 2 butir, kocok lepas
- Air khi 30 ml *
- Tinta cumi-cumi dari 750 gram cumi segar ukuran kecil
- Air 200 ml
- Tepung sagu 2 sendok makan
Untuk Merebus:
- Air 1 liter
- Minyak goreng 1 sendok makan


CARA MEMBUAT:
1. Campur telur kocok ke dalam tepung terigu, tuangi air khi lalu aduk hingga rata. Masukkan tinta cumi-cumi, aduk rata.
2. Tuangi air sedikit demi sedikit sambil diuleni hingga adonan kalis. Bagi adonan menjadi 6 bagian, taburi tiap bagiannya dengan tepung sagu.
3. Dengan menggunakan alat pemotong mi, tipiskan tiap bagian adonan hingga ketebalan 2 mm, taburi kembali dengan tepung sagu. Potong adonan hingga berbentuk mi halus.
4. Rebus mi dalam air mendidih yang telah diberi minyak goreng selama 7 menit hingga mi lunak. Angkat lalu siram dengan air matang dingin.
5. Mi siap diolah.
Standar Untuk 500 Gram
* Note: Air Khi = Air abu untuk mengenyalkan mi. Bening dan tidak
berbau. Dijual di pasar tradisional atau di toko bahan
makanan cina
* Tips:
1. Cuci bersih cumi-cumi segar secara perlahan agar kantung tintanya tidak pecah.
2. Untuk mendapatkan mi yang baik, gunakan tepung terigu protein tinggi (Bogasari Kereta Kencana atau Cakra Kembar)
dengan mutu yang baik dan masih baru.
3. Uleni adonan mi hingga benar-benar kalis dan merata warna Hitamnya.
4. Agar tidak lengket, taburi adonan mi dengan tepung sagu sebelum dan sesudah digiling

 BAK MIE GM
Bahan-bahan:
Untuk mie :
- mie telur basah 1 bh (wonton noodle)
- 1 sdm kecap asin
- 2 sdm minyak goreng

Untuk Kuah :
- 2 bh bawang putih, cincang halus dan tumis, lalu angkat
- 150 ml air
- 1 bh duan bawang iris
- 1/2 sdt garam
- merica secukupnya
- 1/2 blok kaldu ayam, merek Knorr

Taburan mie :
- ayam jamur special (lihat cara buat)
- pangsit goreng isi Udang (lihat cara buat)
- daun bawang iris
- bawang goreng
- bokcoy 5 bh (atau sawi hijau)

Cara membuatnya:
Membuat Kuah mie :
- campur semua bahan, didihkan, angkat, sajikan dalan mangkuk kecil

Membuat Mie :
- rebus mie, sampai tepungnya lepas dan mie matang, angkat, dan tiriskan, letakkan dalam mangkuk besar, berikan minyak goreng dan kecap asin aduk2 rata
- rebus bokcoy hingga matang, angkat letakkan diatas mie
- taburkan, ayam jamur special, daun bawang, bawang goreng, Pangsit goreng, dan siap disajikan

CARA MEMBUAT MIE SENDIRI
Bahan :

250 gr tepung terigu protein tinggi
1 sdt air ki
1/4 sdt garam
1/4 sdt cmc (pengikat dari pati2an)
100 ml air
6 tetes pewarna kuning muda
Cara mengolahnya :
Dalam wadah plastik, aduk tepung, air ki, garam dan cmc.
Tambahkan air yang telah ditambah pewarna, aduk rata lalu gumpalkan.
Giling dengan gilingan mie dari ukuran terbesar sampai ukuran no.2 tiap ukuran gilingan, digiling 2-3 kali sampai licin.
Potong-potong menggunakan gilingan mie.
Tabur dengan tepung tapioka biar tidak lengket.
Rebus dalam air mendidih hingga matang, lalu angkat kemudian lumuri minyak goreng, aduk rata dan mie siap untuk diolah


CAT :


  • air ki= air abu/air bleng,warna bening seperti air, dijual pasar-pasar tradisional di tukang tahu atau tukang kembang (untuk sesajen) atau biasa juga dijual di toko bahan kimia, fungsinya utk pengenyal mie dan membantu melenturkan mie hingga tidak mudah putus.
  • cmc=semacam maizena


CARA MEMBUAT MIE TELUR
BAHAN:
- Tepung terigu BOGASARI  KERETA  KENCANA  ATAU  CAKRA                                                  KEMBAR     225 gram
- Tepung kanji 25 gram
- Garam 1/2 sendok teh
- Telur ayam 3 butir, kocok lepas
- Air khi 1/4 sendok teh
- Tepung maizena 1 sendok makan


CARA MEMBUAT:

1. Aduk tepung terigu, tepung kanji, telur, air khi dan garam sambil diuleni hingga tercampur (jangan sampai elastis).
2. Giling mi dengan ukuran 1 hingga halus, pindah ke ukuran 2 hingga halus dan seterusnya hingga ukuran 5.
3. Masukkan ke dalam pemotong, pilih yang ukuran kecil lalu taburi dengan tepung maizena agar mi tidak melekat dan tidak kering.
4. Rebus mi hingga terapung, angkat lalu perciki dengan minyak goreng, aduk lalu dinginkan.
5. Mi siap diolah
STANDART  U/ 500  GRAM
Bahan:
- Dada ayam fillet 1 bh, potong kecil2
- kecap manis 2 sdm
- saus tiram 2 sdm
- mushroom kalengan 1/2 kaleng
- gula pasir 1 sdm
- kecap asin 1 sdm
- garam 1/2 sdt
- 2 bh bawang putih, haluskan
- minyak goreng 2 sdm
- air 100 ml

Cara membuatnya:
- siapkan panci anti lengket, masukkan ayam didalamnya, panaskan sampai keluar air dari daging ayam, dan ayam setengah matang, lalu angkat
- panaskan minyak, tumis bawang putih, aduk2 sampai masak
- masukkan ayam, jamur, aduk2
- masukkan kecap manis, saus tiram, kecap asin, gula dan garam, aduk2 dan ayam akan menjadi coklat
- terakhir masukkan air, masak, hingga air berkurang dan ayam lunak
- angkat dan siap DISAJIKAN.



GIZI-GIZI


GIZI-GIZI

Ilmu Gizi adalah suatu cabang pengetahuan yang khusus mempelajari hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh.
Hal-hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi :

  • Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.
  • Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
  • Adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan.
  • Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
  • Jarak kelahiran yang terlalu rapat.

Unsur – unsur gizi :
Pemberian Kalori (energitika)

  • Hidrat arang
  • Lemak
  • Zat Putih Telur

Membentuk sel-sel jaringan tubuh (plastika)

  • Zat putih telur
  • Pelikan-pelikan mineral
  • Air

Membantu mengatur  fungsi faal alat-alat tubuh (stimulansia)

  • Vitamin



HIDRAT ARANG
Berdasarkan susunan kimia,hidrat arang ada 3,yaitu:
1. Zat Gula Tunggal

  • Glukosa
  • Fruktosa (lerulosa)
  • Galaktosa

2. Zat Gula Rangkap

  • Sukrosa : gula tebu,aren(glukosa dan fruktosa)
  • Laktosa : susu
  • Maltose :hasil perantara dari pemecahan (cadangan hidrat arang) hati dan otot.

3.Zat Gula Majemuk

  • Zat pati
  • Glikogen
  • Selulosa (bagian tumbuh-tumbuahan yang tidak dapat dicerna).

Selulosa berfungsi untuk :
Merangsang alat cerna
Memberikan rasa kenyang
Membantu memadatkan faeses
Guna Hidrat Arang bagi tubuh :
Menambah energy
Membuat cadangan tenaga badan
Member rasa kenyang

Sumber Hidrat Arang ada 2 golongan :

  • Bahan makanan dari jenis padi-padian 

beras,gandum,jagung,cantel dan lainnya.

  • Bahan makanan dari jenis umbi-umbian 

kentang,singkong,umbi dan lainya.

  • Jagung 

Di dalam jagung terdapat Asam amino yaitu triptofane
Peliagra adalah penyakit akibat kurangnya niasin(vit. B Kompleks).

  • Ubi Kayu

Terdapat jenis racun bernama Asam Sianida yang berikatan dengan protein dan merupakan zat padat yang disebut Linamarine,serta enzimnya bernama Linase.
Kegunaan Tenaga bagi tubuh :
Untuk memenuhi kebutuhan basal,disebut kalori basal.
Tenaga berguna untuk menggerakkan jantung,paru-paru,gerak peristatik usus dan pekerjaan-pekerjaan beberapa kelenjar didalam tubuh.
Kalori basal adalah kalori minimal diperlukan tubuh untuk fungsi.
Perbedaan kalori basal di semua orang,yaitu :
( NORMAL)
Usia
Jenis kelamin
Tinggi
Berat badan
(FAKTOR ABNORMAL)
Adannya  kelainan-kelainan dalam system endokrin tubuh
Kelainan suhu di sekelilingnya
Susunan tubuh
Susunan makanan
Kegiatan otot
Keadaan gizi
Jumlah kalori laki-laki = 1000 kalori dan wanita = 800 kalori
Untuk aktifitas tubuh
Untuk keperluan-keperluan khusus.

1 gram  hidrat arang : 4 kalori
1 gram lemak : 9 kalori
1 gram zat putih telur : 4 kalori
80% kalori yang terdapat tubuh manusia


LEMAK
Lemak adalah bahab-bahab yang mengandung asam lemak,baik yang dalam bentuk cair maupun bentuk  padat dalam temperature biasa.
Lemak yang cair disebut fat/lemak (dalam bhs.inggris).
Struktur kimia lemak,yaitu :
Ikatan antara asam-asam lemak
Gliserol
( Peristiwa HIDROLISA). Lemak terurai menjadi :
1 mokekul gliserol dan 3 molekul lemak
Sejenis lemak (PALMITIN ),dalam peristiwa hidrolisa akan terurai menjadi 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam palmitin.
Dalam ilmu gizi dibedakan menjadi :

  • Lemak dalam bentuk nyata,sebagai lemak jenuh.

Contoh : mentega,minyak,gajih,minyak kelapa dan butter cream.
Lemak yang terdapat dalam setiap bahan makanan,sebagai lemak tak jenuh.
Contoh : lemak yang terdapat dalam kacang tanah,lemak dalam susu,minyak  kacang,minyak  goreng,minyak jagung dan minyak kedelai.
Macam – macam lemak ,berdasarkan ikatan kimia:

  • Lemak Murni

Adalah lemak yang semata-mata terdiri dari asam lemak dan gliserol.
Asam Lemak Esensial adalah asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh.
 Beberapa contoh Asam Lemak Esensial,yaitu :
Asam Oleik : lemak hewan dan tumbuh-tumbuhan .
Asam eruik : lemak tumbuh-tumbuhan .
Asam lenokenik : lemak susu.
Asam Lemak Tidak Esensial,yaitu :
Asam Butirat
Asam Palmitat
Asam Kaproik,dan lainnya.

Zat yang mengandung lemak 
Adalah lemak yang disamping mengandung asam lemak dan gliserol juga mengandung zat lain,seperti fosfor,glikogen dan lainnya.
Contoh :
Ikatan lemak dengan garam fosfor disebut fosfolipid.
Zat yang terpenting adalah zat yang disebut lechitin (lesitin),yaitu ikatan antara asam lemak,kolin dan asam fosfor,serta zat-zat lain.
Kolin : mencegah tertimpuknya lemak dalam sel-sel hati yang mengakibatkan penyakit ( perlemahan hati/lever vervetting/fatty liver disease).
Ikatan lemak dengan glikogen disebut glikolipid.
Ikatan lemak dengan kromatin disebut kromolipid.
Jenis kromatin yang diperlukan manusia adalah karatinoiden(suatu zat yang menyerupai vit.A).
Sterolen
Jenis sterolen yang penting adalah ergosterol dan korestrol(terdapat dalam jaringan tubuh  hewan terutama hati).
Zat-zat baru yang melekat pada dinding-dinding pembuluh darah dan mengakibatkan pem buluh darah menjadi tidak elastic disebut ATEROSKLEROSIS.
Fungsi lemak,yaitu :
Pemberi kalori/mempertahankan suhu tubuh
Pengganti zat arang
Melarutkan vitamin-vitamin
: A,D,E,K merupakan vitamin yang larut dalam lemak.
Memberikan asam-asam lemak esensial
Bahan makana yang mengandung lemak,antara lain :

Minyak kelapa (100%)
Mentega (82%)
Kelapa (15%)
Kemiri (63%)
Minyak ikan (100%)
Minyak palem (100%)
Kenari (66%)
Minyak kacang     ( 100%)
Minyak wijen (100%)


Penyimpana lemak didalam tubuh manusia.
Lemak cadangan terdapat dibawah kulit,sekitar otot-otot,jantung,paru-paru,ginjal,dam alat tubuh lainnya.
Kumpulan lemak disekitar ginjal mempunyai kegunaan untuk menjaga  ginjal jangan sampai berpindah tempat.
Rongga mata(bantalan bagi biji mata).
Guna simpana lemak tubuh manusia :
Sebagai cadangan tenaga
Sebagai bantalan bagi  alat-alat tubuh
Sebagai isolasi sehingga panas tubuh tidak banyak keluar
Mempertahankan  tubuh dari gangguan luar/bahan yang berbahaya.
Memberikan garis-garis bentuk tubuh yang baik.
Bahaya cadangan lemak berlebih
Menderita penyakit jantung,ginjal,diabetes,tekanan darah tinggi dan lainnya.
BB > 10 % dr BB ideal disebut orang gemuk
BB ideal = jumlah tinggi dalam cm – 100- 10% dr jumlah itu.
Jadi,orang yang tingginya 165 cm,BB idealnya adalah….?
Caranya : (165-100)-10 x (165-100)kg
  = (65-6,5)kg
  = 58,5 kg
 BB mencapai 65 kg karegori gemuk.
BB mencapai 71,5 kg disebut obesitas.




DEFINISI MATEMATIKA DARI BERBAGAI SUMBER

DEFINISI MATEMATIKA DARI BERBAGAI SUMBER



  1. Menurut Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan matematika? Selain itu, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. (Jackson, 1992:750).
  2. Menurut Ernest melihat matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga premis sebagai berikut:: The basis of mathematical knowledge is linguistic language, conventions and rules, and language is a social constructions; ii) Interpersonal social processes are required to turn an individual’s subjective mathematical knowledge, after publication, into accepted objective mathematical knowledge; and iii) Objectivity itself will be understood to be social. (Ernest, 1991:42). 
  3. Menurut Dienes mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. (Ruseffendi, 1988:160).
  4. Menurut Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. (Romberg, T.A. 1992: 752).
  5. Menurut Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. (Jackson, 1992:753). Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of pattern.
  6. Menurut Sujono (1988:5) matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
  7. Menurut Plato (427–347 SM) berpendapat, bahwa matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal.
  8. Menurut Aristoteles (348–322 SM ). Ia memandang matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik, matematika, dan teologi. Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi. Aristoteles dikenal sebagai seorang eksperimentalis. (Moeharti Hadiwidjojo dalam F. Susilo, S.J. & St. Susento, 1996:20).
  9. Menurut Andi Hakim Nasution(1982:12) bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).
  10. Menurut orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti ilmu berhitung. 
  11. Menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya: Matematika sebagai struktur yang terorganisir, Matematika sebagai alat (tool), Matematika sebagai pola pikir deduktif, Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking), Matematika sebagai bahasa artifisial, Matematika sebagai seni yang kreatif.

Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalammencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.

APA SIH JUJUR ITU???


APA SIH JUJUR ITU???





Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini  maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan yakni   masih saja banyak orang belum jujur  jikadibandingkan dengan orang  yang telah jujur.  Berikut ini saya akan mencoba memberikan penjelasan  sebatas kemampuan  saya tetang makna dari kata jujur ini.

Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena tersebut. Jika  orang  itu  menceritakan informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.

Sesuatu atau fenomena yang dihadapi  tentu  saja apa yang ada pada diri sendiri atau di luar diri sendri. Misalnya keadaan atau kondisi tubuh, pekerjaan yang telah atau sedang dikerjakan serta  yang akan dilakukan. Sesuatu yang teramati juga dapat   mengenai benda, sifat dari benda tersebut atau bentuk  maupun modelnya. Fenomena yang teramati boleh saja yang berupa suatu peristiwa, tata hubungan sesuatu dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa saja yang ada dan apa saja yang terjadi. Jika gambaran dari pengamatan itu kita ceritakan kepada orang lain tanpa ada perubahan sedikitpun, peristiwa itulah atau keadaan itulah yang dinyakan sebagaijujur

Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang memberikan berita atau informasi sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena. Misalnya sesorang mengatakan dia akan hadir dalam pertemuan  di sebuah gedung bulan depan pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan. Kalau memang dia hadir pada waktu dan tempat yang telah di katakannya itu maka  orang itu dinyatakan (diakui) sebagai orang yang bersikap jujur. Dengan kata lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini   jujur  berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang disampaikan dengan realisasi (fenomena yang menjadi kenyataan).

Mungkin kita pernah melihat atau memperhatikan  Tukang  bekerja. Dia bekerja berdasarkan sebuah pedoman kerja. Dalam pedoman kerja (tertulis atau tidak) ada ketentuan sebuah perbandingan yakni  3 : 5. Tapi dalam pelaksanaan kerja Tukang tersebut tidak mengikuti angka perbandingan itu, dia  membuat perbandingan yang lain yakni 3 : 6,  Peristiwa ini jelas memperlihatkan si  Tukang  tidak mengikuti ketentuan yang ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian berarti si Tukang tidak bersikap  jujur. Dalam kasus ini sang Tukang tidak berusaha menyesuaikan  informasi yang ada dengan fenomena (tindakan yang  dilaksanakan ). Hal yang seperti itu juga disebut dusta.

Kejujuran juga bersangkutan dengan  pengakuan. Dalam hal ini kita ambil contoh , orang Eropa membuat pernyataan atau menyampaikan informasi, bahwa …. orang pertama sekali yang sampai ke Benua Amerika adalah  Cristofer Colombus… Padahal menurut informasi sejarah yang berkembang, sebelum Colombus mendarat di Benua Amerika telah ada di sana suku bangsa yang mendiami atau menetap di sana, yakni sukuIndian. Di lain cerita juga di muat dalam sejarah bahwa sebelumnya (Cristofer Colombus) telah sampai kesana armada Laksmana Cheng ho dari Negeri China. Artinya apa,  tidak ada pengakuan oleh orang yang baru datang. Orang Eropa tidak jujur, karena tidak mengakui bahwa suku Indian adalah manusia seperti mereka juga. Demikian juga mereka tidak mengakui Laksamana Cheng Ho, karena merasa superior (barangkali). Dalam hal ini kita  melihat persoalan ketidak sesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan. Atau tidak ada pengakuan terhadap realitas. Inilah namnya sikap ” tidak jujur “.

Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan, bahwa   apa yang disebut dengan jujur adalah sebuahsikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan  antara  Informasi yang disampaikan denganfenomena atau realitas. Dalam agama Islam sikap seperti  inilah yang dinamakan  shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai  tak terhingga. Karena semua sikap yang baik selalu bersumber pada ” kejujuran “.

HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA


HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA 

Keragaman adalah perbedaan yang indah, sehingga dalam keragaman kita harus berpikir keindahan yang sangat unik. Karena jika kita tidak melihat suatu perbedaan kita tidak akan melihat suatu keindahan karena tidak ada perbandingan. Sayang banyak individu melihat perbedaan atau keragaman yang berada disekitar mereka adalah sesuatu yang salah. Seharusnya mereka dapat berpikir bagaimana kita dapat menilai sesuatu jika kita tidak dapat membandingkan sesuatu. Aneh tapi itulah kenyataan, kita akan mengerti sesuatu itu indah, itu baik, itu bagus ketika kita sudah menemukan sesuatu pembanding untuk membandingkan sesuatu yang kita nilai. Oleh sebab itu marilah kita berpikir keindahan saat kita menemukan perbedaan sehingga kita dapat memberikan sesuatu yang bearti dalam kehidupan kita. Dan itulah hakikat dari keragaman dan perbedaan.
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang (Azyumardi Azra, 2003).
Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.
Di Indonesia, berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut keyakinan keagamaan, ataupun antarkelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan demokratis.
Persoalan-persoalan tersebut sering muncul akibat adanya dominasi sosial oleh suatu kelompok. Adanya dominasi sosial didasarkan pada pengamatan bahwa semua kelompok manusia ditujukan kepada struktur dalam sistem hirarki sosial suatu kelompok. Di dalamnya ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan satu atau sejumlah kelompok subordinat pada posisi paling bawah. Di antara kelompok-kelompok yang ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan yang lebih besar dalam pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat mengakibatkan konflik sosial yang lebih tajam.
Negara-bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dapat disebut sebagai masyarakat multikultural. Berbagai keragaman masyarakat Indonesia terwadahi dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan karakter utama mengakui pluralitas dan kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui keragaman dan menghormati kesetaraan adalah pilihan terbaik untuk mengantarkan masyarakat Indonesia pada pencapaian kemajuan peradabannya.Cita-cita yang mendasari berdirinya NKRI yang dirumuskan para pendiri bangsa telah membekali bangsa Indonesia dengan konsepsi normatif negara bangsa Bhinneka Tunggal Ika, membekali hidup bangsa dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Hal tersebut merupakan kesepakatan bangsa yang bersifat mendasar.
Konstitusi secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berkesetaraan. Pasal 27 menyatakan: “Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan” adalah rujukan yang melandasi seluruh produk hukum dan ketentuan moral yang mengikat warga negara.
Keberagaman bangsa yang berkesetaraan akan merupakan kekuatan besar bagi kemajuan dan kesejahteraan negara bangsa Indonesia. Negara bangsa yang beragam yang tidak berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan menghadirkan kehancuran.
Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan, toleransi, dan saling pengertian merupakan proses terus-menerus, bukan proses sekali jadi dan sesudah itu berhenti. Di sinilah setiap komunitas masyarakat dan kebudayaan dituntut untuk belajar terus-menerus atau belajar berkelanjutan. Proses pembelajaran semangat multikulturalisme terus-menerus dan berkesinambungan dilakukan. Untuk itu, penting kita miliki dan kembangkan kemampuan belajar hidup bersama dalam multikulturalisme masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Kemampuan belajar hidup bersama di dalam perbedaan inilah yang mempertahankan, bahkan menyelamatkan semangat multikulturalisme. Tanpa kemampuan belajar hidup bersama yang memadai dan tinggi, niscaya semangat multikulturalisme akan meredup. Sebaliknya, kemampuan belajar hidup bersama yang memadai dan tinggi akan menghidupkan dan memfungsionalkan semangat multikulturalisme.
Proses pembelajaran semangat multikulturalisme atau kemampuan belajar hidup bersama di tengah perbedaan dapat dibentuk, dipupuk, dan atau dikembangkan dengan kegiatan, keberanian melakukan perantauan budaya (cultural passing over), pemahaman lintas budaya (cross cultural understanding), dan pembelajaran lintas budaya (learning a cross culture).
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan social manusia melahirkan masyarakat majmuk. Yang berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat majmuk (Plural Society) pertamakali diperkenalkan oleh furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok. Yang berdampingan secara fisik tetapi terpisah oleh kehidupan social dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep masyarakat majmuk furnivall diatas dipertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan IPTEK. Usman pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majmuk disiatu kota berdasarkan 2 hal : yaitu pembelahan vertical san pembelahan horizontal.
Secara vertical masyarakat majmuk dikelompokkan berdasarkan: 

  • Penghasilan/ekonomi
  • Pendidikan
  • Pemukiman
  • Pekerjaan dan
  • Kedudukan social politik
  • Secara horizontal masyarakat majmuk dikelompokkan:
  • Etnik dan ras atau asal usul keturunan
  • Bahasa daerah
  • Adat istiadat atau prilaku
  • Agama
  • Pakaian, makanan dan budaya material lainnya

1. Ras
Kata Ras berasal adari bahasa prancis dan Italia, yaitu Razza yang diperkenalkan oleh Franqois barnier antropolog Prancis, untuk mengemukakan pendapat tentang perbedaan manusia berdasarkan warna kulit dan bentuk wajah.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat obyektif atau somatic, secara biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karaktristik seseorang atau kelompok orang kedalam suatu kelompok tertentu secara genetic memiliki kesaamaan fisik.
2. Etnik atau Suku Bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok social atau kesatuan hidup manusia yang memiliki system intraksi yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki system kepemimpinan sendiri.
F. baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, memiliki nilai budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan intraksi sendiri, dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari populasi kelompok lain.

1. Kemajmukan Sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia
Sudah diakui secara umum bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majmuk terutama dalam hal kemajmukan etnik (suku Bangsa), disamping kemajmukan dalam hal Ras, Agama, Golongan, tingkat ekonomi dsb. Dimana keragaman ini juga akan menghasilkan budaya yang beraneka ragam juga (Multikultur).
Keragaman ini menjadikan Indonesia sebagai Negara yang Paling heterogen didunia. Jumlah etnik di Indonesia menyebar di berbagai wilayah dengan memiliki cirri dan karakteristik tersendiri, yang menurut para ahli diperkirakan sekitar 400 suku.
Apapun identitas yang ditunjukkan orang atau sekelompok orang, baik itu dari etnik, agama, ras status social, profesi dan lain-lain. Menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majmuk. Yang hasur diterima dan disyukuri sebagai kekayaan social budaya bangsa.
Selain kemajmukan karakteristik Indonesia yang lain adalah sbb: (Sutarno,2007)
1. Jumlah penduduk yang besar
2. Wilayah yang luas
3. Posisi silang
4. Kekayaan alam dan daerah tropis
5. Jumlah pulau yang bayak
6. Pesebaran pulau
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedrajatan secara yuridis diakui dan dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. yaitu tertuang dalam pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi ”Segala Warga Negara Bersamaan Kedudukannya Dalam Hukum dan PEmerintahan dan Wajib Menjunjung Hukum Dan Pemerintahan itu dengan Tidak Ada Kecualinya”.
Dalam Negara demokrasi diakui dan dijamin pelasanaan atas persamaan kedudukan warga Negara baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian secara yuridis maupun politis segala warga Negara memiliki persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik, hokum, pemerintahan, ekonomi dan social.

MANUSIA, KESERAGAMAN DAN KESETARAAN


MANUSIA, KESERAGAMAN DAN KESETARAAN 

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia
1.Makna Keragaman ManusiaKeragaman berasal dari kata ragam. Berdasarkan KBBI ragamberarti: (1) sikap, tingkah laku, cara; (2)macam, jenis; (3)musik,lagu, langgam; (4) warna, corak; (5)laras (tata bahasa).Merujuk pada arti no 2 di atas, ragam berarti jenis, macam.Keragaman menunjukkan adanya banyak macam, banyak jenis.Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macamseperti binatang dan rumbuhan, tetapi yang dimaksudkansetiap manusia memiliki perbedaan. Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan keragaman sifat dan ciri khas dari setiaporang yang dijumpai. Jadi manusia ialah beragam.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. MenurutKBBI, sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat).Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkanadanya tingkatan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebihrendah antara satu sama lain.Kesetaraan bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhanmemiliki tingkat atau kedudukan sama. Di hadapan Tuhan, semuamanusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya. Yangmembedakan nantinya adalah tingkat ketakwaan manusia tersebutterhadap Tuhan.

B. Kemajemukan Dalam Dinamika SosialBudaya 
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusiamelahirkan masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,beraneka, berjenis-jenis.
Secara horizontal masyarakat majemuk dikelompokkanberdasarkan:
1. Etnik dan ras atau asal-usul keturunan
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan dan budaya material lainnya.
Sedangkan secara vertikal, masyarakat dikelompokkanberdasarkan:
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. kedudukan sosial politik

C. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai KekayaanSosial Budaya Bangsa
1.Kemajemukan sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan adalah karakterisitik sosial budaya Indonesia.Selain kemajemukan, karakteristik Indonesia yang lain adalahsebagai berikut (Sutarno, 2007).
a. Jumlah penduduk yang besar
b. Wilayah yang luas
c. Posisi silang
d. Kekayaan alam dan daerah tropis
e. Jumlah pulau yang banyak
f. Persebaran pulau

2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Sebagai warga negara Indonesia maka manusia Indonesia adalahsetara atau sederajat dalam arti setiap warga negara memilikipersamaan kedudukan, hak dan kewajiban sebagai warga negaraIndonesia.Warga negara tapa dilihat perbedaan ras, suku, agama danbudayanya diperlakukan dan memiliki kedudukan yang sama dalamhukum dan pemerintahan yang ditegaskan dalam pasal 27 ayat 1UUD 1945 bahwa ´Segala warga negara bersamaan kedudukannyadi dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukumdan pemerintahan itu dengan tidk ada kecualinya.

PEREMPUAN.KEKERASAN DAN SOLUSINYA
KOMITMEN 
NASIONAL
1. UUD 1945 pasal 27 tentangpersamaan hak dankewajiban warga negara.
2. UU No. 39/1999 tentangHAM
3. UU No. 7/1984 tentangPenghapusan segala bentukdiskriminasi dan kekerasanterhadap perempuan
4. Inpres No. 9/2000 ttg PUG5. Peraturan Presiden No.7/2005 ttg RPJM N 2004-2009 
INTERNASIONAL
1.Convention on theElimination of All Forms of DiscriminationsAgainst Women (CEDAW)
2.Beijing Platform for Action (BPFA)tahun 1995 12 area kritis
3. Millenium Development Goals(MDGs) tahun 2000

TANTANGAN YANG DIHADAPI PEREMPUAN DEWASA INI
1.KEMISKINAN
2.PENGANGGURAN
3.RENDAHNYA PENDIDIKAN
4.RENDAHNYA STATUS KESEHATAN
5.KURANGNYA PERLINDUNGAN SOSIA
L6.MENINGKATNYA TINDAK KEKERASAN
7.RENDAHNYA KEDUDUKAN DAN PERANANPEREMPUAN

MENGAPA PEREMPUAN RENTAN DISKRIMINASI DAN KEKERASAN ?
1.ADANYA KONSTRUK SOSIAL YANG MENEMPATKAN PEREMPUANPADA KELAS KEDUA DALAM KEHIDUPAN ATAU ´KONCOWINGKING.
Konstruksi sosial ini sangat terasa dalam sebuahperusahaan yang memberikan gaji lebih rendah kepadaperempuan meskipun ia dan rekannya laki-laki memilikipendidikan, keahlian dan pengalaman yang sama. Bahkanmungkin lebih tinggi pengalaman dan mobilitas perempuan dibandingkan dengan karyawan laki-laki.Karyawan perempuanjuga rentan akan tindak kekerasan dalam perusahaan.
2.BIAS GENDER DALAM PENAFSIRAN AGAMA. 
Bahwa penafsiranteks-teks keagamaan yang memposisikan perempuan sebagaihiasan bagi suami (laki-laki) di rumah telah menempatkan laki-laki pada posisi superior, bebas mengeksploitasi dan tindakkekerasan dengan pembenaran akan tamsil ayat-ayat sucitersebut. Perempuan diibaratkan ladang yang bisa dicangkul dantanami sesuka hati petani atau pemiliknya yang dalam hal initentu laki-laki.
3.  AKSES PENDIDIKANDAN INFORMASI
bagiperempuan membuat dirinya mudah untuk ditipu dandiperdayakan oleh orang lain. Seperti kita saksikan akhir-akhirini marak terjadi adalah janji-janji yang diberikan kepada anakperempuan untuk bisa bekerja lebih baik di kota. Namun karenapengetahuannya kurang ternyata sampai di kota, ia dijual untukdilacurkan (trafficking) sehingga mengalami kekerasan psikis.
4.PENEMPATAN PERAN GENDER ANTARA LAKI-LAKI DANPEREMPUAN
. Laki-laki di posisikan sebagai orang yang berkiprahdalam wilayah publik sedangkan perempuan sebaliknya perannyaterbatas pada wilayah domestik yang tak mendapatkanpenghargaan layaknya wilayah publik.
5.ADANYA STIGMA SOSIAL
yang disebarkankan dalam masyarakatdalam waktu yang sangat panjang bahwa perempuan diciptakansebagai makhluk lemah-lembut sedangkan laki-laki makhlukkuat. Akibatnya perilaku diskriminasi ditrujukan kepadaperempuan karena tidak akan menimbulkan perlawanan

JENIS DISKRIMINASI DAN KEKERASAN YANG MENIMPA PEREMPUAN
1. DISKRIMINASI DI BIDANG HUKUM.
Karena konstruk sosial yang menempatkanperempuan pada posisi lemah berujung pada setiap kasusnya yang naik ke hukum selaluberada dalam posisi yang lemah pula. Seperti hak untuk meminta cerai, pemilikan anak didepan hukum, harta waris, pemilikan modal, menolak untuk dipoligami dll. Bahkan tidaksedikit perempuan yang berani membawa masalahnya ke pengadilan, akan mendapatcemoohan dari masyarakat. Karena sebagian besar persoalan perempuan berkisar padaKDRTyangpelakunyaadalahmasihmemiliki hubunganemosionalsangatdekat
2.DISKRIMINASI TERHADAP AKSES DAN KESEMPATAN.
Di bandingkan dengan laki-laki,perempuan memiliki akses yang sangat lemah untuk meraih pendidikan, kesehatan,informasi dan sumber daya manusia lainnya. Termasuk dalam hal ini adalah akses untukmemperoleh kesempatan kerja. Tidak sedikit lowongan kerja diprioritaskan berdasar jeniskelamin.Akibatnyaperempuanbanyakterjundalamlepangankerja informal.
3.DISKRIMINASI ATAS ASPIRASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK . 
Termasuk dalam hal inipartisipasi perempuan dalam politik. Meskipun DPR telah mensahkan pasal 65 ayat 1dalam UU No 23 tentang Pemilihan Umum, namun partai politik masih terlihatdominannya memihak laki-laki untuk ditempatkan pada urutan teratas dengan asumsiperempuan memiliki
bergain position
yang sangat lemah di banding laki-laki. Dalampemerintahan juga terlihat masih sangat mencolok diskriminasi yang dialami perempuan.Untuk menempati posisi-posisi pengambil kebijakan meskipun perempuan telahmemenuhisyarat,namunsampaisaatini masihdalamhitunganjari.

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN 
Terjadi di seluruh bagian dunia
Diikuti adanya toleransi baik dari masyarakat sendirimaupun negara
Tidak diakui sebagai masalah HAM
Dianggap sebagai masalah pribadi (perempuan)
Dipandang sebagai konsekuensi setiap perempuan
Banyak dipaparkan dalam seni literatur maupun catatanpribadi, namun sangat jarang direkam dalam buku-bukusejarah.

Permasalahan Pemberdayaan Perempuan 
1. Aspek PendidikanSampai tahun 2002 rata-rata lama sekolah perempuan sekitar 6,5 tahun;laki-laki 7,6 tahunPerempuan yang buta aksara 11,7%, laki-laki 5,3%
2. Aspek Kesehatan Angka Kematian Ibu (AKI): 307 dari 100.000 kelahiran hidup menjadi 307(BPS, SDKI 1994-2002).Dibandingkan negara-negara lain terutama di ASEAN, AKI di Indonesiamasih tinggi.
3. Aspek Ekonomi dan KetenagakerjaanTingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan 50,2%; laki-laki86,5% (Data BPS hasil Susenas 2003 ) ( > 15th )
4. Aspek HukumBanyak substansi, struktur dan budaya hukum yang diskriminatif gender,meskipun UUD 1945 menjamin persamaan hak antara laki-laki danperempuan dalam berbagai bidang kehidupanBanyaknya produk-produk hukum yang belum memperhatikan kepentinganlaki-laki dan perempuan dikarenakan para penyusun konsep belummemahami konsep gender.Saat ini masih sekitar 29 UU dan 9 Perda/Keppres/Kepmen masih bias gender
5. Aspek Sosial dan LingkunganMasih seringnya tindak kekerasan terhadap perempuanKeterlibatan perempuan menjadi pengedar dan pecandu narkoba,Perempuan yang sering menjadi korban pornografi dan pornoaksi.Maraknya traffiking khususnya perempuan dan anakBanyak ibu menjual anaknyaPerdagangan gadis usia remaja
6. Aspek PerlindunganPara tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri sangat rentan terhadaptindak kekerasan baik fisik maupun seksualPemilu Legislatif tahun 2004, keterwakilan perempuan hanya sekitar 11,6%

SOLULSI
1. Meningkatkan peran perempuan dalam bidang Politik danpengambilan keputusan
2.Meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan serta bidangPembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup dansumber daya kaum perempuan
3.Meningkatkan gerakan anti kekerasan terhadap perempuan dananak
4.Meningkatkan produktivitas Ekonomi Perempuan
5.Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan perempuan dananak
6.Menyempurnakan perangkat hukum yang lebih lengkap dalammelindungi individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi,diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga.
7.Memperkuat kelembagaan, koordinasi dan jaringanpengarusutamaan gender dan anak dalam perencanaan,pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari berbagai kebijakan,program dan kegiatan pembangunan disegala bidang, termasukpemenuhan komitmen-komitmen internasional, sertapeningkatan partisipasi masyarakat.

Apa hubungan antara hak dan kewajiban dalam bela negara ?


Apa hubungan antara hak dan kewajiban dalam bela negara ?

Kata hak terkait dengan kewajiban. Artinya jika seorang warga negara mempunyai hak membela negara, maka negara berkewajiban memberikan haknya kepada warga negara, selama memenuhi persyaratan. Dalam konteks ini hubungan antara hak dan kewajiban dalam bela negara hubungannya tidak mutlak, sehingga hak membela negara dapat digolongkan kedalam hak asasi sosial. Artinya warga negara yang tidak diikutkan dalam membela negara (misalnya sebagai anggota komponen cadangan atau komponen utama) oleh negara, ia tidak dapat menuntut secara perorangan kepada negara, kecuali negara melakukan diskriminasi terhadap warga negara, misalnya yang boleh ikut membela negara hanya diberikan pada suku, golongan atau agama tertentu saja.
Bagaimana kalau terjadi sebaliknya, misalnya negara memanggil warga negara untuk ikut membela negara ? Secara hukum, apabila telah ditetapkan oleh Peraturan-perundang-undangan warga negara harus memenuhi kewajibannya. Lalu bagaimana sikap negara secara moral, seandainya ada warga negara yang tidak mau ikut membela negara, dengan alasan agama atau kepercayaan atau hati nuraninya, dimana ia tidak boleh atau tidak mau membunuh orang. Maksudnya ia tidak mau membunuh orang sekalipun dalam keadaan perang, karenanya menurutnya bertentangan dengan agama atau kepercayaannya ataun hati nuraninya.
Membela negara tidak identik dengan berperang, dan saat terjadi perang membela negara tidak identik dengan harus membunuh orang, walaupun terkadang terpaksa harus membunuh, demi menjaga harga diri atau mempertahankan kemerdekaan dan keadilan. Dengan demikian, jika ada warga negara yang tidak mau membunuh musuh dengan alasan agama atau bertentangan dengan hati nuraninya, negara dapat menugaskan warga negara atau orang tersebut untuk menolong korban perang, dengan menempatkan dibagian perawatan, rumah sakit, logistik, atau dibagian lainnya yang tidak langsung berhadapan dengan musuh. Melalui cara ini hak dan kewajiban bela negara tetap dapat dijalankan dan tidak bertentangan dengan etika politik, yaitu prinsip-prinsip moral dasar negara modern.






Wednesday 24 October 2012

Kajian Ayat Dan Surat Al-Qur’an


Kajian Ayat Dan Surat Al-Qur’an

Dalam konteks sejarah awal kaum muslim, teks al-Qur’an merupakan yang berupa mushaf seperti yang dapat dilihat sekarang ini adalah ayat-ayat yang terpisah dan berserakan. Ayat-ayat yang turun selama masa kerasulan Muhammad saw—yang antara satu atau beberapa ayat dengan ayat yang lain diselingi beberapa waktu—tidaklah segera dikodifikasikan pada masa itu. Tetapi, atas perintah Nabi, di samping menyuruh hafalkan kepada para sahabat, ayat-ayat tersebut ditulis di atas pelepah-pelepah kurma, batu-batu dan tulang-tulang unta (al-Shabuni, 1985: 53). Penulisan ini, seperti yang diceritakan Ibnu Ishaq, langsung diharapan Rasul sendiri (al-Zanjani, 1986: 65). Tiba pada masa khalifah Abu Bakar, dilatarbelakangi oleh kekhawatiran Umar bin Khatab atas banyaknya huffazh yang syahid, ayat-ayat yang berserakan tersebut lalu dikumpulkan dan di tulis kembali hingga menjadi sebuah mushaf al-Qur’an.
Mushaf al-Qur’an ini terdiri sejumlah surat dengan nama-nama tersendiri dan juga sejumlah ayat dengan nomor urut tersendiri. Pembagian al-Qur’an ke dalam surat dan ayat tentu memiliki makna yang jelas. Setidaknya di samping menjadi lebih sistematis, akan memudahkan orang untuk membaca, mempelajari dan menghafalnya al-Qur’an. Sunnah mengharuskan orang yang shalat atau khutbah untuk membaca ayat al-Qur’an yang tidak boleh kurang dari satu ayat tidaklah menjadi sulit, tetapi malah sebaliknya akan dapat terpenuhi dengan mudah. Demikian juga dengan keharusan bagi orang yang belum mampu membaca al-Fatihah dalam shalatnya, maka ia dengan mudah dapat membaca tujuh ayat lainnya.
Di samping pembagian ke dalam surat dan ayat, al-Qur’an juga dibagi dalam bagian-bagian atau juz yang sama yang keseluruhannya berjumlah 30 juz. Pembagian al-Qur’an menjadi 30 juz berkaitan dengan jumlah hari dalam bulan Ramadhan, ketika satu juz al-Qur’an dibaca setiap harinya. Tetapi, bagian atau juz al-Qur’an tampaknya kurang diperhitungkan untuk menjadi pembicaraan dalam pembahasan ilmu-ilmu al-Qur’an. Berbeda dengan pembicaraan tentang surat dan ayat, banyak persoalan dan komentar tentangnya bahkan satu sama lain saling berbeda bahkan bertolak belakang.
Tulisan ini mencoba menyajikan persoalan dan komentar ulama sekitar surat dan ayat-ayat al-Qur’an. Tetapi tulisan ini tidak disajikan seluas mungkin hingga menghabiskan banyak halaman. Karena keterbatasan tempat, tulisan ini hanya menyajikan bagian-bagian dirasa cukup penting seperti batasan ayat dan surat, jumlah, susunan surat dan ayat, huruf-huruf muqatha’ah dan lain-lain.

BATASAN SURAT DAN AYAT
Dalam leksikologi Arab, kata surat (jamak: suwar) mengandung banyak arti, yaitu: bangunan yang menjulang tinggi ke langit, kedudukan/tempat dan keutamaan (Louis Ma’luf, tt: 362). Juga bisa berarti pagar jika terambil dari kata سور . Seperti yang dikatakan W. Montgomery Watt yang dikutipnya dari CF. Jeffery, bahwa pandangan umum asal kata ini adalah bahasa Ibrani, surah, yang berarti suatu deretan bekas batu bata di dinding dan bekas pepohonan anggur. (Watt, 1991: 90). Dari makna ini surat disimpulkan menjadi “serangkaian bagian” atau “bab” (Inggris: chapter). Tetapi, meskipun penyimpulan ini relevans, Watt mencari alternatif lain. Karena dari beberapa tantangan yang dimajukan, al-Qur’an meminta orang yang tidak membenarkan dirinya mendatangkan sebuah surat (QS. 10: 38), sepuluh surat (QS. 11: 13) dan sebuah kitab (QS. 28: 49) yang semisal dengannya. Dari beberapa permintaan al-Qur’an ini jelas bahwa makna yang dimaksudkan adalah sesuatu yang seperti wahyu atau kitab suci. Alternatif yang diajukan Watt adalah bahwa kata surat terambil dari bahasa Siria, surta yang bermakna “tulisan teks kitab suci”, atau bahkan “kitab suci”. (Watt: 1991: 90).
Alternatif Watt yang menyatakan bahwa surat yang bermakna tulisan atau teks kitab suci mungkin dapat diterima, tetapi bila itu diartikan kitab suci secara sebagai suatu kesatuan tentu saja kita akan mengalami kesulitan bila al-Qur’an meminta untuk didatangkan sepuluh surat berarti yang dimaksud adalah sepuluh kitab suci yang sama. Sungguh tantangan yang vulgar tak masuk akal dan tak dapat diterima. Padahal tantangan al-Qur’an merupakan tantangan yang sunguh-sungguh.
Pada sisi terminologis, kita tidak melihat batasan surat dalam perspektif yang berbeda. Pada umumnya memberikan batasan yang sama tentu dengan sedikit penjelasan tambahan yang berbeda. Al-Zarkasyi misalnya menjelaskan pengertian surat dengan “sekelompok ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan penutup” (al-Zarqasyi, t.t: I, 263). Al-Zarqani memberikan sedikit tambahan bahwa sekelompok ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan akhir itu adalah berdiri sendiri (Al-Zarqani, 1988: I, 350). Tetapi, meskipun sekelompok ayat dimaksud berdiri sendiri, namun satu sama lain dipercaya berhubungan erat saling melengkapi, sehingga ada yang mengatakan bahwa surat al-Fatihah adalah pengatra surat al-Baqarah, dan surat al-Baqarah adalah pengantar surat al-Nisa’ dan seterusnya.
Batasan surat yang dikemukakan oleh pakar-pakar ilmu al-Qur’an sebagai sekelompok ayat-ayat tampaknya cukup beralasan. Karena al-Qur’an sendiri tampaknya menghendaki pengertian demikian. Al-Qur’an menggunakan kata surat dalam ungkapannya sebanyak 7 kali dalam bentuk mufrad yang tersebar 3 surat, yaitu surat al-Tawbah: 64, 86, dan 124, surat al-Nur: 1 dan surat Muhammad: 20 dengan dua kali penyebutan. Sedang bentuk jamaknya hanya satu kali digunakan al-Qur’an dalam surat Hud: 13. Penggunaan kata surat adalah dalam pengertian yang sama yakni merujuk pada sekumpulan ayat-ayat al-Qur’an.
Surat-surat al-Qur’an antara satu sama lainnya, baik dalam mushaf yang ditulis tangan maupun cetak, dipisahkan dengan sebuah muqaddimah yang diletakkan di awal surat. Dalam muqaddimah ini, biasanya pertama-tama disebutkan nama surat, kemudian pernyataan tentang penanggalannya, yakni diskripsi sederhana tentang surat tersebut apakah sebagai surat Makiyah atau Madaniyah , dan diakhiri dengan catatan tentang jumlah ayat. Muqaddimah ini seperti yang dikatakan Watt hanya perlengkapan keserjanaan belaka (Watt, 1991: 93). Setelah muqaddimah disusul dengan basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) pada setiap surat. Pengecualian penggunanaan frase tersebut hanya pada surat 9. Penulisan basmalah pada setiap surat tentu tak dapat dipandang sebagai hasil penyuntingan yang belakangan, tetapi merupakan bentuk asli yang datang dari Muhammad saw. Hal ini cukup beralasan karena pada surat 27 atau surat al-Naml ayat 30 dimana Sulaiman mengirim sepucuk surat kepada Ratu Balqis, ungkapan basmalah mengawali suratnya seakan-akan kepala yang memadai untuk sebuah dokumen yang berasal dari seorang nabi.
Panjang pendek surat-surat al-Qur’an sangat beragam, tetapi dalam susunannya setelah surat al-Fatihah (pembukaan) surat-surat al-Qur’an dimulai dengan surat yang sangat panjang dengan ayat-ayat yang panjang, kemudian semakin lama semakin pendek dengan ayat-ayat yang pendek pula. Surat al-Baqarah yang terletak sesudah surat al-Fatihah merupakan surat yang terpanjang dengan jumlah ayat sebanyak 286 ayat atau lebih dari dua juz, sedangkan surat terpendek surat al-Kawtsar dengan 3 ayat yang pendek-pendek. Walaupun surat al-Kawtsar ini adalah surat yang terpendek dengan ayat-ayatnya yang pendek namun tidaklah terletak pada penghujung atau penutup surat-surat al-Qur’an, tetapi menempati nomor urut 108 dari 114 surat semuanya.
Sementara itu, kata ayat yang juga digunakan oleh al-Qur’an beberapa kali merujuk pada makna yang berbeda-beda. Di antara makna-makna etimologis ayat tersebut adalah: tanda (QS. al-Hijr: 77; al-Nahl: 11, 13, 65, 67, dan 69; al-Baqarah, 248); mukjizat (QS. al-Baqarah: 211); ibrah atau pelajaran (QS. Hud: 102, 103 dan al-Furqan: 37); sesuatu yang menakjubkan (QS. al-Mukmin: 50); bukti atau dalil (QS. al-Rum: 20, 21, 23, dan 24).
Akan tetapi, secara terminologis para ulama memberi batasan ayat dengan sekelompok kata yang mempunyai permulaan dan akhir yang berada dalam suatu surat al-Qur’an (al-Zarqani, 1988: I, 350). Batasan ini didukung oleh al-Qur’an sendiri yang mengungkapkan ayat dengan pengertian tersebut sehingga makana etimologis tetap relevans dengan pengertian terminologis. Salah satunya adalah dalam surat Yusuf ayat 1:
الر تلك ءايات الكتاب المبين
Alif lam ra. Ini adalah ayat-ayat kitab (al-Qur’an) yang nyata (dari Allah)
Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam beberapa surat, pada umumnya surat-surat panjang, ayat-ayat pun yang panjang dan menggugah. Sedangkan dalam surat-surat pendek yang terletak di bagian akhir al-Qur’an, surat-suratnya pun pendek, padat dan mengena. Namun kenyataan seperti itu bukanlah aturan yang mutlak. Sebab, surat 98 atau surat al-Baiyinah berisi 6 ayat panjang untuk ukuran surat-surat yang bersamanya. Demikian pula pada surat 26 atau surat al-Syu’ara yang tergolong surat yang panjang berisi lebih dari 100 ayat yang pendek-pendek. Pada ayat-ayat yang panjang yang terdapat dalam surat yang panjang, bentuk ungkapannya sangat beragam, tak dapat ditentukan matra yang baku, baik pada suku-suku kata atau pada tekanan. Pada umumnya akhiran-akhiran dari ayat tersebut adalah bunyi yang dibentuk dengan akhiran kata benda dan kata kerja berbentuk jamak, -un dan –in, diselang-seling dengan kata bentukan yang secara teknis disebut fail, salah satu bentuk yang paling umum di dalam bahsa Arab. Sebagai contoh تعقلون، يتفكرمن dan ظالمون، كافرون. Dan inilah bentuk yang umum dan paling banyak digunakan. Tetapi juga terkadang dengan akhiran vokal panjang a. Sedangkan pada ayat-ayat yang pendek-pendek memiliki irama dan ritma yang juga sangat bervariasi. Terkadang semua atau sebagian besar ayat-ayatnya berakhiran ud, ha dan lain-lain.

PENAMAAN SURAT
Surat-surat al-Qur’an tersebut memiliki nama-nama tersendiri. Sebuah surat boleh jadi mempunyai satu atau beberapa nama. Surat al-Tawbah misalnya, disebut juga dengan surat al-Bara’ah, dan al-Buhus. Surat al-Insan dinamai pula dengan surat al-Dahr, dan lain-lain. Tetapi, nama-nama surat tersebut tidaklah menunjukan judul atau tema pokok dari surat-surat tersebut—meskipun tak dapat dipungkiri bahwa setiap surat mempunyai tema—tetapi hanya dijadikan sebagai alat metode identifikasi. Nama-nama surat ini diambil dari kata yang mencolok atau tidak lazim di dalamnya. Biasanya kata ini muncul hampir di awal surat, tetapi tidak demikian selamanya. Surat 16 misalnya, diberi nama dengan surat al-Nahl (lebah) tetapi tidak disebutkan di dalamnya hingga pada ayat 68 lebih separuh dari surat tersebut; bahkan ayat ini (16: 68) merupakan satu-satunya bagian dari al-Qur’an yang berbicara tentang al-Nahl. Senada dengan ini, surat 26 diberi nama dengan al-Syu’ara, kata yang disebutkan al-Qur’an di dalam ayat 224 surat tersebut dan merupakan bagian paling akhir dari surat tersebut.
Jelas sekali bahwa nama-nama surat ini tidak berasal dari al-Qur’an, tetapi diperkenalkan oleh para-pakar al-Qur’an. Tampaknya tidak ada aturan yang umum dalam pemilihan nama-nama surat tersebut. Orang-orang menggunakan kata apa saja yang paling menonjol dalam suatu surat. Sebagian ulama mengasumsikan bahwa nama-nama surat al-Qur’an ini adalah petunjuk Rasul (tawqifi). (petunjuk Rasul). Sedangkan sebagian lagi percaya bahwa penamaan surat tersebut berdasarkan jitihad sahabat yang diambil dari pokok pembicaraan dalam surat itu. (Ismail, tt: 66). Tetapi, tampaknya yang lebih masuk akal adalah bahwa Nabi sangat berperan dalam mensosialisasikan nama-nama surat. Tidak mungkin Nabi saw sebagai transmiter dan penerjemah al-Qur’an untuk para sahabat tidak memiliki nama-nama surat sebagai alat identifikasi. Yang jelas sejak masa yang paling awal Nabi dan sahabat-sahabat telah mengetahui dan mempopulerkan nama-nama surat al-Qur’an.
Di samping nama-nama yang secara an sich diberikan kepada surat-surat al-Qur’an untuk kepentingan identifikasi, juga diberi nama-nama kelompok untuk surat al-Qur’an, baik yang terkait dengan periode kerasulan Muhammad seperti surat Makiyah dan surat Madaniyah, ataupun panjang pendeknya surat-surat al-Qur’an tersebut. Pengelompokan surat-surat al-Qur’an yang terkait dengan periode kerasulan dimaksudkan untuk kepentingan kronologis turunnya surat atau ayat untuk kepentingan penafsiran al-Qur’an, seperti yang akan dijelaskan selanjutnya. Sementara penamaan surat-surat yang berdasarkan panjang pendeknya surat tampaknya hanya untuk identifikasi dalam kerangka yang lebih luas. Al-thiwal, misalnya adalah surat-surat yang dikenal dengan tujuh surat yang panjang yang terdapat pada permulaan mushaf, yaitu surat 2 – 8 (surat al-Baqarah, Ali Imran, al-Maidah, al-Nisa’, al-An’am, al-A’raf dan al-Anfal). Al-mi’un adalah nama yang diberikan kepada surat-surat yang ayatnya seratus atau lebih sedikit. Al-matsani, dikenal sebagai surat-surat yang jumlah ayatnya yang tidak mencapai 100 ayat. Sedangkan al-mufashshal adalah surat-surat yang lebih pendek. Disebut dengan mufashshal karena banyak fashal (pemisah) di antara surat-surat tersebut dengan basmalah (al-Zarqani, 1988 : I, 352).

JUMLAH SURAT DAN AYAT
Tampaknya tidak banyak pendapat yang bermunculan tentang jumlah surat al-Qur’an di banding dengan pendapat tentang jumlah ayat al-Qur’an. Hal ini mungkin disebabkan karena pada setiap surat dipisahkan dengan basmalah yang menjadi bagian awal setiap surat (Abu Syuhbah, 1996: 276). Sedangkan dalam menentukan jumlah ayat terdapat peluang berbeda pendapat yang bertolak dari penentuan basmalah sebagai ayat dari setiap surat dan fashilah serta ra’s al-ayat seperti yang akan dikemukakan berikutnya.
Pendapat yang paling umum diterima, jumlah surat al-Qur’an seperti dalam mushaf Usman adalah 114 surat. Tetapi pendapat yang diterima dari Mujahid surat al-Qur’an adalah 113 surat dengan menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Tawbah menjadi satu surat. Hasan, ketika ditanya apakah surat al-Bara’ah dan surat al-Anfal itu satu surat atau dua surat, menjawab “satu surat”. Ibnu Mas’ud dalam mushafnya terdapat 112 surat. Ini karena ia tidak memasukan dua surat terakhir (mu’awidzatani) (al-Sayuthi, t.t: 67; Abu Syuhbah, 1996: 288) yang oleh Montgomery Watt dikatakan sebagai jimat-jimat pendek (Watt, 1991: 91). Sementara sebagian di antara ulama Syi’ah menetapkan bahwa jumlah surat al-Qur’an 116. Hal ini karena mereka memasukan surat qunut yang dinamai surat al-khaf dan al-hafd yang oleh ditulis oleh Ubay di kulit al-Qur’an. (Ash-Shiddieqy, 1984: 58).
Mengenai jumlah ayat, secara umum dapat dinyatakan bahwa para ulama menghitungnya tidak kurang dari 6200 ayat. Tetapi, secara rinci mereka berbeda pendapat. Orang-orang Madinah menyuguhkan dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa seluruh ayat al-Qur’an berjumlah 6217 ayat. Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan bahwa seluruhnya berjumlah 6214 ayat. Orang-orang Mekah menghitung ayat al-Qur’an secara keseluruhan sebanyak 6220 ayat. Sedang orang-orang Kufah menyatakan 6226 ayat dan orang-orang Basrah menyatakan jumlah ayat al-Qur’an seluruhnya adalah 6205 ayat. Sementara pendapat yang beredar di masyarakat awam bahwa ayat al-Qur’an seluruhnya berjumlah 6666 ayat tampaknya kurang dapat diterima. Angka ini barangkali lebih bernuansa mitos atau keramat dibanding dengan realita konkrit.
Seperti yang dikemukakan sebelumnya, bahwa perbedaan penetapan basmalah sebagai ayat dari surat-surat al-Qur’an atau tidak menyebabkan ulama berbeda pendapat dalam menentukan jumlah ayat al-Qur’an. Seperti yang dinyatakan oleh Hamka, ada dua pendapat tentang basmalah ini. Sebagian besar sahabat dan ulama salaf berpendapat bahwa basmalah adalah ayat pertama dari setiap surat. Dari golongan sahabat yang berpendapat demikian antara lain: Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalib, Abdullah ibn Umar dan Abu Hurairah. Sedangkan dari golongan ulama salaf antara lain: Ibnu Katsir, al-Kasa’i, al-Syafi’i, al-Tsauri dan Ahmad. Sedangkan sebagian lagi menyatakan bahwa basmalah bukan ayat pertama dari setiap surat, tetapi hanya sebagai pemisah antara satu surat dengan surat lainnya. Di antara mereka yang berpendapat seperti ini adalah Imam Malik dan al-Auza’i. (Hamka, 1982: 74).
Di samping itu, serta penentuan fashilah dan ra’s al-ayat juga menjadi sebab perbedaan pendapat ulama dalam menghitung jumlah ayat. Fashilah adalah istilah yang diberikan kepada kalimat yang mengakhiri ayat dan merupakan akhir ayat. Sedangkan ra’s al-ayat adalah akhir ayat yang padanya diletakkan tanda fashal (pemisah) antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Fashilah ini terkadang berupa ra’s al-ayat dan terkadang tidak. Dengan demikian, setiap ra’s al-ayat adalah fashilah dan tidak setiap fashilah adalah ra’s al-ayat (Manna’ al-Qaththan, tt: 153). Fashilah dan ra’s al-ayat ini mungkin mirip dengan sajak, seperti yang dikenal dalam ilmu Badi’ (stalistik). Tetapi ulama tidak menggunakan istilah sajak karena al-Qur’an bukan karya sastrawan atau ungkapan para nabi, tetapi adalah wahyu Allah yang tentu lebih tinggi kedudukannya dibanding sajak. Di samping itu, fashilah yang dimaksud dalam al-Qur’an adalah meruntutkan makna dan bukan fashilah itu sendiri yang dimaksud. Sementara sajak, maka sajak itu sendiri yang dimaksudkan (dalam suatu perkataan) dan baru kemudian arti perkataan itu dialihkan kepadanya, sebab hakikat sajak ialah menguntai kalimat dalam satu irama.

SUSUNAN SURAT DAN AYAT
Para ulama berbeda pendapat tentang susunan surat-surat al-Qur’an. Ada tiga pendapat yang muncul tetang persoalan ini, yaitu: pertama, susunan surat-surat al-Qur’an seluruhnya berdasarkan petunjuk Rasul (tawqifi). Kedua, susunan surat-surat al-Qur’an adalah ijtihad para sahabat; dan ketiga, susunan surat-surat al-Qur’an sebagian bersifat tawqifi dan sebagian lagi adalah ijtihad sahabat.
Pendapat yang pertama ini didukung oleh ulama-ulama seperti Abu Ja’far bin Nuhas, Ibnu al-Hasr dan Abu Bakar al-Anbari (Abu Syuhbah, 1996: 293). Alasan yang mendukung pendapat ini adalah riwayat Abu Syaibah bahwa Nabi pernah membaca beberapa surat al-mufashshal dalam satu rakaat menurut susunan mushaf al-Qur’an. Di samping itu juga pernyataan Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa ia pernah menyebutkan surat Makiyah, surat Bani Israil, al-Kahfi, Maryam, Thaha dan al-Anbiya’ yang pertama kali ia pelajari—secara beruntut seperti urutan sekarang ini (Manna’ Qathahan, tt: 141). Al-Zarqani menambahkan alasan golongan ini dengan mengatakan bahwa para sahabat telah sepakat terhadap mushaf Usman dan tidak ada seorang pun dari sahabat yang berkeberatan atau menyangkalnya. Kesepakatan ini tak terjadi kecuali karena pengumpulan ini sifatnya tawqifi. Sebab bila seandainya berdasarkan ijtihad maka para sahabat tentu akan berpegang teguh pada pendapat mereka yang berlainan. (al-Zarqani, 1988: I, 355).
Pendapat kedua dinisbahkan kepada imam Malik (Muhammad Bakar Al- Ismail, tt: 67). Dan al-Zarqani menyebut bahwa pendapat ini adalah pendapat jumhur ulama dan termasuk di dalamnya seperti al-Qadhi dan Abu Bakar (Al-Zarqani, 1988: I, 355 )Argumen pendapat ini adalah adanya beberapa mushaf pribadi beberapa orang sahabat yang sistematika surat tersebut saling berbeda satu sama lain. Mushaf Ibnu Mas’ud misalnya, dimulai dengan surat al-fatihah, al-Baqarah, an-Nisak, Ali Imran dan seterusnya. Demikian juga dengan mushaf Ubay. Mushaf Ali disusun berasarkan urutan turunnya ayat, karenanya dimulai dengan surat al-Alaq, kemudian al-Mudaststir, Nun, Qalam dan seterusnya(Manna al-Qattan, tt: 142).
Ketika Usman ditanya oleh para sahabat, kenapa ia mengambil kebijaksanaan untuk menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Bara’ah menjadi satu dengan tidak meletakkan basmalah di antara kedua surat tersebut, ia menjawab bahwa itu hanya perkiraannya karena kisah yang terdapat dalam surat al-Anfal serupa dengan kisah dalam surat al-Bara’ah. Dan Rasulullah sampai akhir hayatnya tidak menjelaskan bahwa surat al-Bara’ah merupakan bagian dari surat al-Anfal (al-Zarqani,1988: I, 354).
Pendapat ketiga beralasan dengan adanya beberapa hadis yang menunjukkan bahwa sebagian surat-surat al-Qur’an tertibnya berdasarkan petunjuk Rasul dan juga pada sisi lain terdapatnya beberapa mushaf sahabat yang susunan surat-suratnya berlainan. Abu Muhammad Ibnu Athiyah mengatakan bahwa sebagian besar surat-surat al-Qur’an diketahui susunannya pada masa nabi seperti al-Sab’u al-Thiwal dan Mufasshal, sedangkan sebagian lain adalah berdasarkan ijtihad para sahabat nabi (al-Zarqani, 1988: I, 357).
Dari ketiga pendapat yang dikemukakan di atas Manna’ al-Qaththan cenderung pada pendapat yang pertama, karena menurutnya pendapat ini lebih kuat dari pendapat lainnya. Terhadap argumen pendapat kedua ia mengatakan bahwa adanya beberapa mushaf pribadi sebagian sahabat yang berbeda itu merupakan hasil ikhtiar mereka sendiri sebelum al-Qur’an dikumpulkan (Manna’ al-Qaththan, tt: 144).
Tetapi penulis secara pribadi cenderung pada pendapat al-Baihaqi yang juga diikuti oleh al-Sayuthi (t.t: 65) yang mengatakan bahwa susunan surat al-Qur’an pada dasarnya adalah tawqifi, hanya surat al-Anfal dan al-Bara’ah yang hanya ijtihad para sahabat. Hal ini karena secara jelas terlihat adanya ijtihad Usman seperti yang disebutkan dalam hadis di atas. Di samping itu al-Qur’an sebelumnya telah turun ke lauh mahfudh dan telah berupa kitabyang tentunya tersusun secara sistematis. Namun demikian, terlepas dari perbedaan tertib surat tersebut, sistematika surat tidaklah mengindikasikan suatu kemestian dan keharusan orang membaca dan mempelajari sesuai dengan susunan surat tersebut.
Adapun tertib ayat al-Qur’an oleh ulama seperti yang dikatakan al-Sayuthi—disepakati urutannya berdasarkan tawqifi dari Rasul. Karena setiap kali turun ayat nabi selalu memberikan petunjuk supaya meletakkan ayat tersebut pada tempat tertentu atau pada surat yang di dalamnya disebutkan seperti ini. Usman bin Abi al-Ash mengatakan:
Saya duduk di samping Rasul, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu kembali seperti semula kemudian memerintahkan aku meletakan ayat ini di tempat ini surat ini.
Ibnu Zubair berkata, aku mengatakan kepada Usman bahwa ayat 23 surat al-Baqarah telah dimansukhkan oleh ayat lain, tetapi mengapa anda menuliskannya atau membiarkannya dituliskan. Beliau menjawab: “Kemenakanku, aku tidak mengubah sesuatu pun dari tempatnya”.
Di samping itu diriwayatkan pula bahwa Jibril senantiasa mengulangi dan memeriksa al-Qur’an yang telah disampaikannya kepada Muhammad setiap tahun pada bulan Ramadhan, bahkan sampai dua kali pada tahun-tahun terakhir hidup Muhammad saw. Pengulangan Jibril terkahir ini adalah seperti susunan surat-surat al-Qur’an yang dikenal sekarang.
Baik surat-surat maupun ayat-ayat, selalu mempunyai korelasi (munasabah). Penjelasan tentang korelasi surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an biasanya dapat dilihat dalam kitab-kitab tafsir.

SURAT DAN AYAT YANG PERTAMA TURUN
Tampaknya tak ada perbedaan pendapat di antara ulama tentang bulan turunnya al-Qur’an pertama kali. Semua mereka sepakat menyatakan bahwa al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan. Surat al-Baqarah 185, surat al-Dukhan 1-6 dan surat al-Qadr menuntun para pakar ilmu al-Qur’an menyatakan al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang ayat dan surat yang pertama sekali turun. Setidaknya ada empat pendapat yang berkembang tentang ini.
Pendapat pertama, yang dipandang oleh Manna’ al-Qaththan sebagai pendapat yang terkuat, mengatakan bahwa ayat al-Qur’an yang pertama kalinya diturunkan adalah ayat 1 sampai 5 surat al-‘Alaq, yang turun di Gua Hira. Pendapat ini didukung oleh hadis Aisyah yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis—Bukhari dan Muslim—serta ahli hadis lainnya. Pendapat kedua, ayat yang pertama kali turun adalah ayat-ayat surat al-Mudatsir. Pendapat ini juga berdasarkan hadis, yakni hadis dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Jabir ketika ia ditanya tentang ayat yang pertama diturunkan. Ia menjawab al-Mudatsir. Hadis ini juga diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis. Pendapat ketiga menyatakan ayat yang pertama kali turun adalah surat al-Fatihah. Sedangkan pendapat keempat menyatakan basmalah sebagai ayat yang pertama sekali turun, dengan alasan karena basmalah merupakan turun mendahului setiap surat. (Manna’ Qaththan: 67).
Pendapat pertama tampaknya memang lebih kuat sebab boleh jadi Jabir tidak mendengar kisah permulaan turunnya wahyu sehingga ia menyangka bahwa surat al-Mudatstsir adalah ayat al-Qur’an yang pertama turun. Sebab surat al-Mudatstsir adalah surat yang turun setelah ayat 1-5 surat al-‘Alaq—setelah wahyu terhenti beberapa lama. Di samping itu, hadis Jabir sendiri juga mengindikasikan bahwa al-Mudatstsir turun setelah peristiwa yang terjadi di Gua Hira. Nabi melihat malaikat yang pernah datang kepadanya di langit. Karena ketakutan ia segera pulang dan meminta Khadijah untuk menyelimutinya dan kemudian turunlah ayat: “Wahai orang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan”.
Sedangkan dalam menetapkan ayat yang terakhir turun para ulama juga tidak sepakat. Dari beberapa pendapat yang banyak berkembang dapat dicatat bahwa ayat yang terakhir turun adalah: surat al-Baqarah ayat 278, 281, 282; Ali Imran ayat 190; al-Nisa’ ayat 93, 176; al-Maidah ayat 3; al-Tawbah ayat 128 dan surat al-Nashr.
Menarik untuk diamati bahwa komentar-komentar sekitar ayat yang terakhir turun disandarkan kepada hadis-hadis sahabat (hadis mawquf). Mungkin sekali ini adalah apa yang mereka dengar dari Rasul, tetapi juga mungkin ijtihad mereka sendiri. Akan tetapi, surat al-Maidah ayat 3 tampaknya paling tepat untuk menunjukan ayat terakhir kali turun dari seluruh ayat-ayat al-Qur’an. Sebab pada lahirnya ayat ini mengindikasikan telah sempurnanya agama dalam artian seluruh perundang-undangan telah ditetapkan. Dan telah dinyatakan pula Allah telah mencukupkan nikmat-Nya serta telah redha pada Islam, agama yang dibawa Muhammad saw. Sedangkan ayat-ayat lain yang dinyatakan sebagai ayat yang terakhir turun selain surat al-Maidah tersebut di atas mungkin sekali terkait dengan sesuatu konteks seperti ayat terakhir turun tentang riba, perundang-undangan, dan lain-lain sebagainya.

SURAT/AYAT MAKIYYAH DAN MADANIYYAH
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa alat identifikasi kronologis surat atau ayat untuk kepentingan penafsiran dan pemahaman adalah Makiyyah dan Madaniyyah. Persoalan ini tampaknya bagian yang penting dan tak dapat diabaikan begitu saja. Itu sebabnya pakar-pakar tafsir diharuskan untuk memiliki pengetahuan tentang surat atau ayat Makiyyah dan Madaniyyah. Dapat ditegaskan bahwa surat atau ayat Makiyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan sebelum hijrah, meskipun ayat atau surat tersebut turun di luar Mekah, termasuk dalam kategori ini adalah ayat yang turun dalam perjalanan hijrah. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah adalah ayat-ayat diturunkan setelah hijrah, meskipun turunnya di luar Madinah, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang turun dalam perjalanan dari Hudaibiyah (Abu Syuhbah, 1992, 198).
Pada mushaf Usman istilah Makiyyah dan Madaniyyah lebih ditujukan kepada surat-surat al-Qur’an, bukan ayat-ayatnya, meskipun sebenarnya yang menjadikannya surat Makiyyah dan Madaniyyah adalah ayat-ayatnya. Identifikasi yang lebih ditujukan kepada surat-surat dan bukan kepada ayat-ayat dapat diterima dan tampaknya cukup relevan untuk surat-surat pendek yang terdiri dari 3 sampai 10 ayat. Tetapi untuk surat-surat yang panjang tampaknya tidak dapat digeneralisir, karena dalam surat Makiyyah boleh jadi terdapat ayat-ayat Madaniyyah. Dalam surat al-An’am misalnya, yang diidentifikasi sebagai surat Makiyyah terdapat ayat Madaniyyah yang menurut keterangan Ibnu Abbas adalah ayat 151-153. (Manna’ al-Qaththan, t.t: 155).
Kajian kronologis ayat juga menarik perhatian para orientalis semisal Theodor Noldeke, Friedrich Schwally, dan lain-lain hingga menjadi bahan kajian serius. Tetapi, menurut Watt, terdapat perbedaan pijakan utama untuk penanggalan ayat-ayat al-Qur’an oleh mereka dengan para sarjana muslim. Jika sarjana muslim adalah hadis-hadis dan pernyataan para pengkaji al-Qur’an yang belakangan, maka teori kesarjanaan Barat dalam menyusun kronologi surat atau ayat-ayat dilakukan dengan memperhatikan bukti-bukti, yaitu rujukan yang tampak dalam al-Qur’an sendiri. Menurut Watt, pijakan utama sarjana Muslim sangat tradisional dan memilik banyak kelemahan. Ia mengemukakan hadis yang tampaknya tidak kosisten dalam menentukan ayat yang pertama turun yakni hadis Aisyah dan Jabir seperti yang telah dijelaskan di atas. (Watt, 1991: 173-175).
Pernyataan Watt ini tentu tak dapat diterima sepenuhnya. Pertama, sarjana muslim tidaklah mengabaikan bukti-bukti internal dan hanya berpijak pada hadis-hadis atau pernyataan sarjana yang datang belakangan. Hal ini terlihat pada kesimpulan mereka bahwa perbedaan ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah juga dilihat dari sisi gaya bahasa al-Qur’an, seperti ayatnya pendek-pendek dan berirama. Kedua, Watt tampaknya mengambil kesimpulan atas kajiannya yang belum selesai dan tuntas, atau sama sekali tak pernah melakukan kajian atas hadis Aisyah dan Jabir tersebut, seperti apa yang disuguhkan oleh sarjana-sarjana muslim.

HURUF-HURUF MUQATHTHA’AH
Satu hal yang menjadi ciri khas al-Qur’an adalah adanya huruf-huruf muqaththa’ah (huruf-huruf yang terpisah) yang memulai suatu surat (fawatih al-suwar). Dalam al-Qur’an terdapat 29 surat yang menggunakan huruf-huruf tersebut sebagai pembuka surat. Huruf-huruf ini hanya muncul sekali secara tunggal, namun huruf-huruf ini juga muncul bersama dengan huruf lain sebagai pembuka surat yang lain. Dari 29 huruf hijaiyah, hanya 14 huruf yang digunakan sebagai pembuka surat, yaitu: ا ج ر ع س ص ط ق ك ل م ن هـ ي dalam 29 surat. Dari 14 huruf ini 3 huruf yang berdiri sendiri sebagai pembuka surat, yakni ص pada surat Shad, ق pada surat Qaf dan ن pada surat al-Qalam Sedang selebihnya merupakan kombinasi dari beberapa huruf. Lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini:
Tabel Fawatih al-Suwar pada Surat al-Qur’an
Fawatih al-Suwar Nama Surat
الم Al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman dan al-Sajadah
المص Al-A’raf
الر Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, al-Hijr
المر Al-Ra’d
كهيعص Maryam
طه Tha ha
طسم Al-Syu’ara, al-Qashahs
طس Al-Naml
يس Yasin
ص Shad
حم Al-Mu’min, Fushshilat, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf
حمعسق Al-Syura
ق Qaf
ن Al-Qalam
Sebagian orang percaya bahwa huruf-huruf tersebut merupakan simbol rahasia antara si pembicara dengan si pendengar, yaitu Tuhan dan Nabi saw, sebagai suatu yang berada di luar pemahaman orang awam. Contoh ini dapat dilihat pada kode-kode yang disusun antara dua orang yang tidak ingin orang lain mengetahui masalah apa yang mereka bicarakan. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf ini adalah nama dari surat-surat yang bersangkutan. Ada juga yang menyatakan bahwa huruf-huruf tersebut merupakan sumpah yang diucapkan atas nama huruf-huruf pendek sebagaimana disebut dalam al-Qur’an nama wujud lain dari ciptaan Tuhan seperti matahari, bulan, bintang, malam, siang dan lain-lain sebagainya (Muthahari, 1992: 42).
Orientalis seperti Hirschfeld, dalam keputusasannya, mencoba menemukan makna huruf-huruf ini. Ia memandang bahwa huruf-huruf tersebut sebagai singkatan dari nama-nama sahabat. Huruf ص adalah singkatan dari nama Hafsah,ك dari nama Abu Bakar, dan م dari Usman. Tetapi, seperti yang dikatakan Watt bahwa penjelasan seperti ini menjadi lebih pelik Sebab untuk surat dua dan tiga yang dimulai dengan huruf dikatakan Hirschfeld sebagai singkatan dari nama al-Mughirah sebagai orang yang mengumpulkannya, dan kenapa pengumpulannya bergantung hanya pada satu orang (Watt: 98).
Tampaknya dari berbagai penafsiran terhadap huruf-huruf ini tak ada yang memuaskan dan tak mempunyai alasan yang cukup kuat. Karena itu penulis menyatakan bahwa huruf-huruf ini tampaknya tetap menjadi huruf-huruf misterius.

PENUTUP
Meskipun terdapat perbedaan pendapat ulama seputar surat-surat dan ayat al-Qur’an baik dari segi jumlah maupun susunan surat-surat atau ayat tidak mengurangi validitas al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi yang orisinil. Demikian juga pembagian al-Qur’an ke dalam surat dan ayat yang tidak sama panjang dan pendeknya, surat-surat yang paling pendek sekalipun seperti surat al-Kawtsar yang hanya terdiri dari tiga ayat, tidaklah mengurangi kemukjizatannya. Semua surat-surat al-Qur’an, baik yang panjang maupun yang pendek sama dalam hal kemukjizatannya.
Di sisi lain, perlu dicatat di akhir tulisan ini bahwa sistematika mushaf Usman harus mendapat tempat yang lebih tinggi dari sistematika mushaf pribadi, yang berbeda sistematikanya, karena telah diyakini bahwa sistematika mushaf Usman merupakan ijmak pada sahabat dan telah nyata pula tak ada sahabat yang membantahnya.



DAFTAR RUJUKAN
Manna’ Qaththan, tt: 126; al-Zanjani, 1986: 85).
al-Zarqani,1988: I, 352.
Manna’ al-Qaththan, tt: 154).