PENDIDKAN
KARAKTER SOLUSI KEMEROSOTAN MORAL
Tema : Pendidikan
Narasumber : Salah satu Guru
Hari,Tanggal : Rabu, 16 Mei 2012
Tempat
Wawancara : Rumah narasumber
Oleh Kristi
Aprilita
Penanya : Menurut
Ibu , apakah yang dimaksud pendidikan karakter itu?
Narasumber : Pendidikan
merupakan proses membantu generasi muda
untuk
menjadi manusia yang utuh dan penuh. Utuh dan
penuh
berarti menyangkut semua aspek dalam hidup manusia seperti: intelektualitas
(kognitif), sosialitas, moralitas, emosi, afeksi, estetika, religiusitas,
kepribadian, dan juga fisik. Semua aspek itu dalam pendidikan perlu
dikembangkan. Pendidikan karakter lebih membantu mengembangkan aspek
kepribadian, sosialitas, moralitas, emosi, afeksi, estetika, religiusitas yang
sangat dibutuhkan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan berkarya.
Penanya : Mengapa
pendidikan karakter adalah hal yang penting untuk sistem pendidikan Indonesia
sekarang?
Narasumber :
Pendidikan karakter di zaman ini semakin penting dan mendesak karena beberapa
situasi yang dihadapi zaman ini. Misalnya, pengaruh globalisasi yang
menawarkan, di samping sesuatu yang baik, juga nilai yang tidak baik seperti:
konsumerisme, seks bebas, narkoba, pelampiasan nafsu
manusiawi
dengan melupakan hidup imani dan rohani. Kemerosotan karakter berbangsa kita; konflik
antarsuku, agama, ras, kepentingan kelompok. Pasar bebas yang menyebabkan hanya
orang yang bermutu dan kuat dapat menang sedangkan yang lemah dan tidak bermutu
akan mati. Lapangan kerja yang makin sempit, persoalan hidup yang makin
kompleks, dan membutuhkan semangat dan daya juga dalam hidup ini. Kepekaan
sosial masyarakat yang makin berkurang dan perkembangkan individualisme yang makin
tinggi di zaman ini .
Penanya : Lalu,kapan idealnya Pendidikan karakter diajarkan?
Narasumber :
Kalau memang mau ditangani secara baik, maka harus dimulai dari semua sudut.
Ini berarti bahwa
harus
mulai dari sekolah formal, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan
Perguruan
Tinggi
(PT), sekolah agama yang ada di masyarakat, orang tua, lingkungan masyarakat,
pemerintah, dan lewat media.
Penanya : Seperti
apa penerapannya di sekolah? Dan lewat apa pendidikan karakter itu diterapkan?
Narasumber :
Misalnya, kita mau menekankan nilai kejujuran agar korupsi dapat makin
dikurangi. Maka suasana sekolah termasuk aturan sekolah juga harus menekankan
kejujuran ini, bukan hanya guru lewat pelajaran. Kalau ada karyawan atau guru
korupsi juga harus ditindak, bukan hanya siswa. Dalam mengajar matematika juga
menanamkan semangat daya juang, mengajar siswa menghargai orang lain, melatih
siswa mengerjakan matematika dengan kejujuran dan lain-lain. Namun, akhir-akhir
ini nyatanya bahwa sekolah formal terlalu menekankan segi kognitif saja, hanya mencari
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan ijazah, sehingga mengesampingkan
pendididikan nilai. Salah satu tanda pendidikan nilai atau karakter kurang
terwujud adalah adanya praktek tawuran, korupsi, nyontek, seks bebas, narkoba,
dan kurangnya daya juang, yang akhir-akhir ini sangat menonjol. Oleh karena
itu, dipandang penting menekankan kembali pendidikan karakter.
Penanya : Menurut
Ibu, Bagaimana dengan peran orang tua dalam hal ini?
Narasumber : Orang tua menjadi pendidik karakter yang pertama dan
utama bagi siswa. Maka nilai karakter mana yang mau ditekankan sekolah, perlu
dikomunikasikan dengan orang tua sehingga ada kerja sama. Misalnya, sekolah
menekankan nilai penghargaan kepada orang lain tanpa diskriminasi. Orang tua
juga diajak untuk menanamkan nilai ini kepada anaknya. Maka kalau di rumah
anaknya diskriminatif, perlu diingatkan. Kalau sekolah menanamkan nilai
antinarkoba, maka orang tua juga harus mengerti itu dan membantu suasana di
rumah untuk antinarkoba, bukan sebaliknya malah orang tua mengajari anak
menjadi narkobais.
Penanya :Bagaimana
peran masyarakat dan juga media massa dalam penerapan karakter ini?
Narasumber :
Masyarakat juga menjadi pendidik yang penting. Bila sekolah menekankan
pendidikan karakter, tetapi masyarakat luas tidak mendukung, maka pendidikan
menjadi berat atau bahkan akan gagal. Misalnya, sekolah menekankan nilai
persaudaraan sebagai warga Indonesia, tetapi bila di masyarakat selalu dilihat
antarsuku konflik dan saling membunuh, anak akan sulit mengembangkan persatuan.
Terutama para pejabat tinggi, wakil rakyat, perlu membantu dalam penegakan
nilai ini. Mereka harus menjadi contoh. Di sini banyak soal terjadi, siswa di
sekolah
dibantu baik,
tetapi karena masyarakat masih jelek, anak lalu meniru masyarakat yang jelek.
Penanya : Apakah
menurut Ibu pendidikan karakter mempengaruhi keberhasilan akademik?
Narasumber :
Kalau memang pendidikan karakter menjadi berkembang, dapat dipastikan bahwa
akan mempengaruhi peningkatan pendidikan akademik siswa. Misalnya, bila siswa
memang selalu jujur dalam tingkah lakunya, dalam penelitian ia akan jujur
dengan data penelitian, sehingga analisisnya
lebih
benar. Kalau anak sungguh disiplin maka akan mempengaruhi kerajinannya belajar
sehingga tingkat akademiknya meningkat. Kalau orang punya daya juang yang kuat,
maka dalam belajar dan menekuni bidang ilmu, ia tidak akan cepat mundur bila
gagal, tetapi akan mencari jalan dan terus melakukan penelitian sehingga
berhasil. Banyak sekolah yang menekankan disiplin, kerja keras, kejujuran, daya
juang menjadikan kelulusan sekolah itu meningkat tinggi.
Penanya :Seperti
yang kita lihat bahwa pendidikan karakter itu mengajarkan hal tidak dapat di
nilai secara mutlak, dalam kata lain tidak dapat di nilai seperti halnya
pelajaran lainnya. Lalu Bagaimana caranya mengevaluasi pendidikan karakter
tersebut?
Narasumber :
Dalam konteks sekolah, dapat dilihat pada praktek hidup anak-anak apakah nilai
yang ditanamkan berkaitan pengembangan karakter terjadi. Misalnya, nilai
kejujuran. Apakah semakin sedikit yang menyontek, semakin sedikit yang menipu,
semakin sedikit yang dalam praktikum
mengganti
data dan lain-lain. Dalam konteks masyarakat, memang lebih sulit dievaluasi.
Tetapi akan nampak bahwa suasana hidup bersama, kerja, dan social makin baik.
Penanya : Dalam
menjalankan sesuatu pastilah kita tidak pernah tidak menghadapi cobaan dan
rintangan. Lalu Apa sajakah hambatan yang dihadapidalam menerapkannya?
Narasumber :
Ada banyak hambatan yang terjadi yang perlu dihadapi bila kita ingin menanamkan
pendidikan karakter. Hambatan utamanya adalah pendidikan karakter hanya
berhenti pada teori, dan tidak sampai pada praktek dan kebiasaan hidup.
Misalnya, hanya mengajarkan kejujuran, tetapi tidak
ada
aturan atau pelaksanaannya di sekolah. Kemudian, tidak semua warga sekolah
terlibat. Guru, kepala sekolah, yayasan, dan pegawai seluruh sekolah tidak
terlibat dalam pendidikan karakter. Orang tua tidak diikutkan dan orang tua
malah mengajarkan nilai lain. Lingkungan masyarakat dan pimpinan masyarakat
yang hidup bertentangan dengan nilai karakter yang ditekankan.
Misalnya,
diajarkan kerukunan dan persaudaraan di sekolah, tetapi di masyarakat para
pimpinan saling berperang dan membunuh.
Penanya : Seperti
apa karakter yang penting bagi bangsa ini?
Narasumber :
Dalam konteks karakter berbangsa Indonesia, menurut saya ada beberapa isi yang
perlu mendapatkan tekanan, sehingga bangsa ini dapat semakin berkembang dan
maju. Pertama, penghargaan kepada manusia, pribadi lain, Hak Asasi Manusia
(HAM), sehingga orang rela hidup bersama dan bekerja sama meski berlainan iman,
ras, suku, serta tingkat ekonomi. Kedua, tanggung jawab terhadap kehidupan berbangsa.
Ini penting bila negara ini masih mau dipertahankan sebagai kesatuan. Ketiga,
nilai demokrasi yang menekankan semangat nondiskriminasi dan nonopresif.
Keempat, kejujuran, sehingga mengurangi persoalan korupsi di berbagai segi
kehidupan. Kelima, kekritisan dalam menerima informasi dan pengaruh
globalisasi. Keenam, daya juang dalam hidup sehingga tidak mudah putus asa bila
ada persoalan dan tantangan. Dan terakhir, moralitas yang tinggi, termasuk di
dalamnya adalah antinarkoba, antiseks bebas, dan antikonsumerisme .
Rangkuman
Hasil Wawancara :
Pendidikan merupakan proses membantu
generasi muda untuk menjadi manusia yang utuh dan penuh. Pendidikan karakter
lebih membantu mengembangkan aspek kepribadian, sosialitas, moralitas, emosi,
afeksi, estetika, religiusitas yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, dan berkarya.
Pendidikan karakter di zaman ini
semakin penting dan mendesak karena beberapa situasi yang dihadapi zaman ini.
Pendidikan karakter harus dimulai
dari semua sudut. Ini berarti bahwa harus mulai dari sekolah formal, mulai dari
Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), sekolah agama yang
ada di masyarakat, orang tua, lingkungan masyarakat, pemerintah, dan lewat
media.
Penerapan pendidikan karakter di sekolah
misalnya menekankan nilai kejujuran agar korupsi dapat makin dikurangi. Namun,
akhir-akhir ini nyatanya bahwa sekolah formal terlalu menekankan segi kognitif
saja, hanya mencari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan ijazah, sehingga
mengesampingkan pendididikan nilai. Salah satu tanda pendidikan nilai atau
karakter kurang terwujud adalah adanya praktek tawuran, korupsi, nyontek, seks
bebas, narkoba, dan kurangnya daya juang, yang akhir-akhir ini sangat menonjol.
Orang tua menjadi pendidik karakter
yang pertama dan utama bagi siswa. Maka nilai karakter mana yang mau ditekankan
sekolah, perlu dikomunikasikan dengan orang tua sehingga ada kerja sama. Kalau
sekolah menanamkan nilai antinarkoba, maka orang tua juga harus mengerti itu
dan membantu suasana di rumah untuk antinarkoba, bukan sebaliknya malah orang
tua mengajari anak menjadi narkobais.
Masyarakat juga menjadi pendidik yang
penting. Bila sekolah menekankan pendidikan karakter, tetapi masyarakat luas
tidak mendukung, maka pendidikan menjadi berat atau bahkan akan gagal.
Pendidikan karakter dipastikan bahwa
akan mempengaruhi peningkatan pendidikan akademik siswa. Misalnya, bila siswa
memang selalu jujur dalam tingkah lakunya, dalam penelitian ia akan jujur
dengan data penelitian, sehingga analisisnya lebih benar.
Ada banyak hambatan yang terjadi yang
perlu dihadapi bila kita ingin menanamkan pendidikan karakter. Hambatan
utamanya adalah pendidikan karakter hanya berhenti pada teori, dan tidak sampai
pada praktek dan kebiasaan hidup. Misalnya, hanya mengajarkan kejujuran, tetapi
tidak
ada aturan atau pelaksanaannya di sekolah. Kemudian, tidak
semua warga sekolah terlibat.
Ada beberapa karakter yang penting
bagi bangsa. Pertama, penghargaan kepada manusia, pribadi lain, Hak Asasi
Manusia (HAM), sehingga orang rela hidup bersama dan bekerja sama meski
berlainan iman, ras, suku, serta tingkat ekonomi. Kedua, tanggung jawab
terhadap kehidupan berbangsa. Ini penting bila negara ini masih mau
dipertahankan sebagai kesatuan. Ketiga, nilai demokrasi yang menekankan
semangat nondiskriminasi dan nonopresif. Keempat, kejujuran, sehingga
mengurangi persoalan korupsi di berbagai segi kehidupan. Kelima, kekritisan
dalam menerima informasi dan pengaruh globalisasi. Keenam, daya juang dalam
hidup sehingga tidak mudah putus asa bila ada persoalan dan tantangan. Dan
terakhir, moralitas yang tinggi, termasuk di dalamnya adalah antinarkoba,
antiseks bebas, dan antikonsumerisme .